sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Reduksi informasi di era media digital

Ada kecenderungan masyarakat saat ini, perhatiannya lebih pada aspek sensasi atau kontroversi.

Robertus Rony Setiawan
Robertus Rony Setiawan Jumat, 06 Des 2019 10:22 WIB
Reduksi informasi di era media digital

Selektivisme Informasi

Sosiolog Universitas Gadjah Mada Derajad S. Widhyharto menekankan kedudukan Agnes sebagai tokoh publik. Akibatnya, komentar di media sosial atas video itu dengan cepat menjadi sebuah pergunjingan seperti halnya obrolan warga keseharian.

“Sama seperti gosip dari mulut ke mulut. Karena ini mediumnya video, maka yang terjadi pemotongan-pemotongan materi video,” kata Derajad.

Senada dengan Radhar, Derajad memandang pemotongan dan penyebaran video percakapan Agnes Mo via media sosial dilakukan pihak-pihak yang ingin mereguk keuntungan dari popularitas Agnes sebagai selebritas. 

Praktik itu, kata Derajad, menggambarkan fenomena sosiologis yang disebut selektivisme dalam akses informasi yang menghasilkan reduksi informasi.

“Orang yang memotong video ini membutuhkan popularitas Agnes, supaya videonya bisa dilirik orang banyak,” ucap Derajad. 

Namun, informasi yang tersaji utuh dalam percakapan Agnes Mo direduksi untuk disesuaikan dengan kepentingan pihak yang menyuntingnya.

“Hanya saja yang menarik bukan pada nilai bersama, tapi pada nilai kelompok dari si pemilik akun yang menyebarkannya,” katanya.

Sponsored

Derajad memandang, fenomena reduksi isi informasi ini mulai merebak sejak era teknologi media digital bertumbuh sekitar 2000-an awal. 

Hal itu terlihat memuncak ketika Pemilu 2019. Dia mencontohkan, misalnya pemotongan isi informasi juga terjadi dalam pengemasan profil calon-calon presiden dan wakil presiden, juga caleg.

Selanjutnya, menurut Derajad, respons netizen terhadap isi video yang telah dipotong tersebut membangun konstruksi makna atas pemikiran Agnes Monica sebagai warga bukan berdarah Indonesia. 

Hal itu dipengaruhi pula kesenjangan digital yang ada di masyarakat. Terkait selektivisme informasi, kata dia, tak banyak masyarakat yang memilih untuk lebih mengonsumsi informasi yang positif, bahkan informasi faktual malah dikesampingkan.

“Tidak semua orang bisa bersikap kritis, sehingga potongan video itu diterima apa adanya. Akibatnya memunculkan respons bermacam-macam di publik,” kata Derajad.

Derajad juga berpedapat, selaku selebritas Agnes Monica semestinya dapat bersikap lebih cerdas, ketika hendak menyampaikan pemikiran di ruang publik.

“Saya kira selebritas harus benar-benar menyadari apa yang akan diucapkan, mengingat masyarakat kita belum cukup ‘dewasa’ dalam mengakses informasi,” ucapnya

Berita Lainnya
×
tekid