sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Ada tabir gelap yang tutupi Pilkada Jabar dan Jatim

Pemenang di kedua daerah tersebut akan sangat sulit diprediksi.

Robi Ardianto
Robi Ardianto Jumat, 08 Jun 2018 09:53 WIB
Ada tabir gelap yang tutupi Pilkada Jabar dan Jatim

Pemilihan Kepala daerah (Pilkada) yang dilakukan di tiga provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat akan menjadi tolak ukur dari kinerja partai politik menjelang pemilihan umum 2019.

Untuk mengetahui peta elektoral pemilihan kepala daerah 2018, lembaga survei Charta Politika Indonesia melakukan survei preferensi politik masyarakat, terkait pemilihan kepala daerah 2018. Survei dilakukan dengan melibatkan 1200 responden dan margin of error 2,83%.

Direktur eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya menyatakan, dari ketiga daerah tersebut, setidaknya ada dua daerah yang yang persaingannya sangat sengit. Menurutnya, hal ini menjadi tabir gelap yang membuat pemenang di dua daerah tersebut akan sangat sulit diterka bahkan sampai detik terakhir pemilihan. 

"Bahkan belum bisa ditentukan pada level quick count yaitu di wilayah Jabar dan Jatim," kata Yunarto dalam rilis survei Charta Politika "Pemilihan Kepala Daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur 2018" di Es Teler 77 Jakarta, Kamis (7/6) malam.

Di Jawa Barat, dia menjelaskan, persaingan antara pasangan no urut 1, Ridwan Kamil-UU Ruzhanul Ulum dengan pasangan no 4 Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi berlangsung ketat. Dia merinci elektabilitas seluruh kandidat dengan Ridwan Kamil-UU mendapat 37,3%, Hasanuddin-Anton Charliyan 7,8%, Sudrajat-Ahmad Syaikhu 7,6%, sedangkan Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi 34,5%.

"Dalam survei yang kami temukan, selisih antara pasangan Ridwan Kamil-UU Ruzhanul Ulum dengan Dedi Mizwar-Dedi Mulyadi dibawah margin of error, hanya di angka 2,8%," katanya.

Sementara itu, persaingan di Jawa Timur lebih ketat lagi, antara Khofifah Indar Parawansa-Emil Dardak yang mendapatkan 44,6% dengan Saifullah Yusuf-Puti Guntur Soekarnoputri 43,8%.

"Perbedaannya hanya di 0,8% atau di bawah 1%. Sehingga, tidak ada dari hasil survei yang bisa menentukan siapa pemenangnya, baik dalam Pilkada Jawa Timur, maupun Jabar," katanya.

Sponsored

Jawa Tengah agak berbeda, terutama karena selisih elektabilitas kedua pasangan calon sangat jauh yaitu 70,5% bagi pasangan Ganjar Pranowo-Taj Yasin Maimoen, sedangkan Sudirman Said-Ida Fauziyah hanya13,6%. "Sehingga bisa dipastikan pemenangnya," ungkapnya.

Dalam survei tersebut, Charta Politika juga menemukan pilihan cagub tidak linier dengan dengan partai politik yang didukung.

"Hanya di Jawa Tengah yang memiliki korelasi langsung," jelas Yunarto.

Sedangkan, Jawa barat dan Jawa Timur memiliki korelasinya sendiri. Misalnya yang terjadi di Jawa Timur, Partai Gerindra yang mendukung Gus Ipul- Puti Guntur, ternyata pemilihnya lebih mendukung Khofifah. Sementara itu, pemilih Jokowi lebih memilih pasangan Gus Ipul.

Di Jawa Barat bahkan jauh lebih liar. Pemilih PDI Perjuangan lebih banyak yang memilih Dedi Mizwar-Dedi Mulyadi, dibandingkan dengan Hassanudin-Anton Charliyan.

Demikian pula yang terjadi pada pemilih partai Gerindra, yang justru memilih Ridwan Kamil-UU.

"Ini menjelaskan bagaimana faktor partai masih menjadi faktor sekunder, bukan faktor utama untuk menentukan hasil yang ada di dalam pilkada," tegasnya. 

Berita Lainnya
×
tekid