AJI sorot kesetaraan gender di perusahaan media

Aliansi Jurnalis Independen (AJI) melihat masih ada ketimpangan yang dialami jurnalis perempuan dalam pemberian fasilitas yang menjadi kebutuhan mereka. 

"Untuk gaji, perusahaan sudah memberikan hak yang sama, tapi ketika bicara fasilitas misal asuransi kesehatan ternyata nggak semua perusahaan memberikan kesempatan yang sama," kata Ketua Divisi Gender, Anak, dan Kelompok Marjinal AJI, Endah Lismartini dalam diskusi bertajuk 'Mengevaluasi Kesetaraan Gender di Dunia Kerja', di Jakarta, Minggu (8/3). 

Selain itu, kata Endah, pekerja perempuan membutuhkan fasilitas cuti lebih lama untuk melahirkan si buah hati. Bahkan pascamelahirkan, mereka juga membutuhkan waktu untuk mengasuh bayinya di rumah. 

"Perempuan di dalam ruang kerja biasanya mulai terganggu ketika dia hamil dan punya anak. Bahkan dia akan minta izin untuk mengasuh anaknya, dan bekerja di rumah," ujarnya. 

Beberapa media, sambung dia, memang mengizinkan jurnalis perempuan bekerja dari rumah, namun hanya di media tertentu yakni online atau cetak saja.

"Kalau TV dan radio tidak bisa," lanjutnya. 

Persoalan lainnya, kata Endah, jurnalis perempuan pada umumnya kerap diperlakuan tidak setara dengan ditempatkan di kanal lebih soft seperti lifestyle, entertainment, dan kesehatan. 

"Sementara yang politik, news yang dianggap lebih macho diberikan kepada laki-laki, ada pembedaan yang bukan karena kapasitas dan kapabilitasnya, tapi lebih karena dia punya anak, dia ngurus anak," ujar Endah. 

Untuk itu, AJI menyarankan agar perusahaan media menyediakan fasilitas khusus untuk perempuan, seperti ruang menyusui dan ruang perawatan anak, untuk memberikan kenyamanan mereka terutama dalam mengasuh anak di lingkungan kerja. 

"Sehingga perempuan yang memiliki anak bisa lebih tenang bekerja ketika bisa bawa anaknya, atau bisa menyusui di ruangan yang sangat aman dan nyaman," kata dia. 

Namun, kata Endah, masih banyak perusahaan media yang tidak menyediakan fasilitas ini.