Akademisi UIN: Otsus bukan solusi selesaikan masalah Papua
Masyarakat Papua menolak otsus karena dianggap sebagai proyek pejabat semata.
Persoalan Papua hingga kini belum menemui titik terang. Diskriminasi, rasialisme, dan kesejahteraan masih kerap dirasakan oleh masyarakat setempat.
Terbaru, jelang berakhirnya penetapan otonomi khusus (otsus) Papua jilid I pada Desember 2021 serta rencana perpanjangannya menuai polemik. Wacana ditentang masyarakat "Bumi Cenderawasih" dan memicu aksi massa.
Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah, Azyumardi Azra, menilai, penerapan otsus tidak bisa serta merta menyelesaikan masalah yang ada. Pun ditentang masyarakat hingga kepala daerah setempat.
"Misalnya, Gubernur Lucas Enembe secara terbuka mengatakan tidak mau otsus jilid II setelah selesainya otsus jilid I," paparnya dalam webinar Moya Discussions Group "Prihatin Papua", Kamis (30/7).
Azyumardi berpandangan, penolakan terjadi karena otsus dianggap sebagai proyek pejabat semata, bukan untuk kepentingan masyarakat Papua karena tidak pernah merasakan manfaatnya.
Oleh sebab itu, pemerintah disarankan mengevaluasi dulu penerapannya dari berbagai aspek. Proses evaluasi bisa melalui dialog bersama berbagai lapisan yang merasakannya.
"Saya kira dibutuhkan social engineering, sociocultural engineering, bagaimana membuat terjadinya intergrasi atau lebih dekat di antara masyarakat. Nah, ini bagaimana? Saya belum lihat ada upaya-upaya itu," papar dia.