sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Akurasi rapid test Covid-19 97%, terdeteksi setelah 7 hari infeksi

Rapid test bukan berarti tes massal untuk semua orang.

Akbar Ridwan
Akbar Ridwan Jumat, 20 Mar 2020 22:11 WIB
Akurasi rapid test Covid-19 97%, terdeteksi setelah 7 hari infeksi

Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Hasbullah Thabrany, mengatakan akurasi rapid test atau pemeriksaan cepat Covid-19 bisa mencapai 97% efektivitasnya, berdasarkan literatur dan pengalaman China serta Korea Selatan.

Yang perlu dipahami, sambung dia, rapid test adalah pemeriksaan kadar daya imun atau imunoglobulin yang baru terdeteksi di dalam tubuh beberapa hari setelah terinfeksi. Sehingga, jika seseorang baru terpapar satu atau dua hari, kemungkinan tidak terdeteksi.

"Jadi kalau orang baru kena infeksi 1-2 hari belum terbentuk di dalam badan. Tapi, kalau sudah lebih dari tujuh hari baru bisa dideteksi," kata Hasbullah kepada Alinea.id, Jakarta, Jumat (20/3).

Dengan demikian, yang dianjurkan adalah dua kali tes. Pertama setelah tujuh hari dan kedua usai 14 hari. Oleh sebab itu, menurutnya yang lebih cocok menjalani rapid test Covid-19 adalah orang-orang yang memiliki riwayat kontak langsung dengan pasien yang sebelumnya dinyatakan positif Covid-19.

Sehingga, kata dia, yang terjadi bukan tes massal untuk semua orang. Bertolak dari itu, ia menyarankan pemerintah agar menginformasikan kepada masyarakat untuk tidak ngotot meminta tes apabila memang tidak memiliki riwayat kontak dengan pasien positif Covid-19.

"Jadi pemerintah harus punya kriteria siapa dulu yang didahulukan. Jadi yang didahulukan adalah mereka yang punya resiko tinggi, pernah kontak. Itu yang didahulukan," jelas dia.

Setelah itu, tambah Hasbullah, baru mereka yang kontak secara tidak langsung atau orang ketiga bisa ikut tes. Menurutnya, cara itu diprediksi akan efektif. Hanya saja, dia menekankan agar tenaga medis yang perlu diutamakan.

"Usulan saya, semua tenaga kesehatan yang bekerja menangani pasien-pasien itu harus dilakukan periksa. Karena dia punya resiko tinggi," katanya.

Sponsored

"Dia duluan yang harus dijaga. Kalau enggak entar mereka malah nularin ke yang lain," imbuhnya.

Hari ini, Pemerintah Indonesia telah memulai penerapan rapid test untuk melacak penularan coronavirus di tanah air.

Presiden Joko Widodo menyatakan, tes massal pertama dilakukan pada sore hari ini di Jakarta Selatan sebagai daerah yang dinilai paling rawan. 

"Rapid test sudah dilakukan sore hari ini di wilayah yang dulu sudah diketahui ada contact tracing pasien positif," kata Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan, Jakarta, yang disiarkan melalui akun YouTube Sekretariat Presiden.

Dia menjelaskan, rapid test sengaja dilakukan di wilayah yang telah dilakukan contact tracing dari kasus yang telah dipastikan positif terinfeksi coronavirus. Hal ini dilakukan karena telah ada indikasi awal sebaran Covid-19 di lokasi tersebut. 

"Kita prioritaskan dari hasil pemetaan. Menunjukkan indikasi paling rawan adalah Jakarta Selatan," kata Jokowi.

Rapid test di Jakarta Selatan sore ini dilakukan dengan mendatangi rumah-rumah warga yang terindikasi melakukan kontak dengan pasien positif. Wilayah ini menjadi lokasi temuan kasus infeksi coronavirus pertama di Indonesia.

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid