sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Anak pelaku teror peroleh perawatan psikologis dari Kemensos

Setelah mendapat perawatan lebih lanjut terutama dari sisi psikologisnya, anak-anak itu akan diberikan kepada pihak keluarga yang berhak

Hermansah
Hermansah Selasa, 12 Jun 2018 11:55 WIB
Anak pelaku teror peroleh perawatan psikologis dari Kemensos

Polda Jawa Timur menyerahkan tujuh anak pelaku teror di Surabaya dan Sidoarjo ke Kementerian Sosial (Kemensos) di Mapolda Jatim di Surabaya, Selasa (12/6) untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut dari sisi psikologis.

Kapolda Jatim Irjen Pol Machfud Arifin, menjelasakan, tujuh anak itu terdiri dari satu anak pelaku teror di Mapolrestabes Surabaya, tiga anak pelaku teror di Rusunawa Ngelom, Sidoarjo dan tiga anak pelaku di Manukan, Surabaya yang telah selesai perawatan medisnya selama beberapa minggu ini di Rumah Sakit Bhayangkara Polda Jatim.

"Untuk psikologis kami sudah berkoordinasi segala pihak. Hari ini diserahkan ke Kemsos untuk mendapatkan perawatan selanjutnya yang lebih baik lagi dengan ditempatkan di tempat khusus. Bisa di mana-mana di Jatim. Yang paling penting memberikan pemahaman keagamaan yang normal," katanya seperti dilansir Antara.

Setelah mendapat perawatan lebih lanjut terutama dari sisi psikologisnya, anak-anak itu akan diberikan kepada pihak keluarga yang berhak merawatnya.

Sementara untuk lokasi perawatannya, Machfud menjelaskan, akan dipilihkan yang terbaik oleh kemensos. Kepolisian dan Kemensos atau negara akan memberikan yang terbaik untuk anak-anak ini.

Ditanya terkait kondisi terkini ketujuh anak itu, jenderal bintang dua itu mengatakan kesemuanya dalam aspek medis yang sudah bagus dan ceria.

"Cuma masih ada pemahaman yang masih ingin kita baiki lagi. Di kemensos nanti juga ada sekolahnya juga semuanya komplit lah," tuturnya.

Direktur Rehabilitasi Anak Kemensos Nahar, mengatakan, siap menerima anak-anak untuk melakukan proses rehabilitasi. Hal ini merupakan tahapan yang telah mereka lakukan sebelumnya.

Sponsored

"Yang pasti prinsip ini adalah untuk kepentingan yang terbaik bagi anak-anak. Tentu tempatnya akan menyesuaikan apakah anak ini nyaman di sini di Surabaya, ada di Malang, ada di Jakarta juga ada," ucapnya.

Sementara, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, menginginkan tujuh anak pelaku teror di Surabaya dan Sidoarjo kembali tumbuh menjadi anak yang normal. Usai mendapat perawatan lebih lanjut dari sisi psikologisnya di Kementerian Sosial (Kemensos).

Risma mengungkapkan, anak pelaku teror di Mapolrestabes Surabaya yakni Ais memang sudah lama ingin bertemu dengannya. Namun waktu itu, dia belum sreg.

"Ya tadi dia cerita macam-macam. Ternyata dia juara pencak silat di Jawa Timur. Ais tak kasih buku. Kalau Aisnya sudah ceria meskipun tangannya kan patah yang sebelah kanan. Dia nyampaikan seneng punya temen banyak, dia ingin main-main seperti temennya yang lain," katanya.

Pada awalnya, anak-anak tersebut sering mendebat sehingga waktu itu dirinya diminta mencarikan psikolog yang mengerti dengan agama.

"Terus saya carikan dari UINSA itu yang ngerti dalil-dalil. Jadi tadi juga jelaskannya ke anak-anak itu pakai dalil-dalil apa misalnya diajari senyum itu dalilnya apa senyum. Dan anak-anak itu lebih bisa menerima," tutur Risma.

Ditanya apakah ada kemungkinan Pemerintah Kota Surabaya mengadopsinya, Risma menyatakan hal itu agak sulit penanganannya terutama terkait keamanannya mereka.

Namun, Pemkot Surabaya akan tetap melihat perkembangan anak-anak tersebut karena juga menyangkut keamanan dan juga keluarganya terutama neneknya masih ada.

"Ya kalau bisa kembali ke keluarganya. Neneknya ikut ke sana menemani," ucapnya.

Berita Lainnya
×
tekid