sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Menkes optimis antidotum efektif turunkan fatalitas gangguan gagal ginjal akut

Pemerintah tengah berupaya mendatangkan lebih banyak lagi obat penawar untuk gangguan gagal ginjal akut.

Gempita Surya
Gempita Surya Jumat, 21 Okt 2022 21:05 WIB
Menkes optimis antidotum efektif turunkan fatalitas gangguan gagal ginjal akut

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mendatangkan antidotum atau obat penawar untuk gangguan gagal ginjal akut progresif atipikal (atypical progressive acute kidney injury/AKI).

Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin, mengaku optimistis antidotum ini efektif mengobati pasien yang saat ini masih dirawat akibat gangguan tersebut.

Disampaikan Budi, pihaknya segera mencari obat penawar ini setelah mengetahui penyebab dari gangguan gagal ginjal akut yang menyerang anak-anak berusia di bawah lima tahun (balita).

"Begitu kita tahu penyebabnya, kita cari obatnya untuk balita yang sudah masuk rumah sakit. Sudah ketemu obatnya, namanya femopizole. Itu nggak ada di Indonesia, kita ambil dari Singapura," kata Budi dalam keterangan pers, Jumat (21/10).

Budi menyebut, antidotum ini kemudian diujicobakan kepada 10 pasien gangguan gagal ginjal akut yang dirawat di RSCM. Hasilnya, kata dia, menunjukkan perubahan yang positif.

"Setelah diberi obat ini, sebagian membaik, sebagian lagi stabil. Jadi kita lebih merasa confidence bahwa obat ini efektif," ujar Budi.

Saat ini, ungkap Budi, pemerintah tengah berupaya untuk mendatangkan lebih banyak lagi obat penawar untuk gangguan gagal ginjal akut. Hal ini diharapkan dapat diberikan untuk pengobatan terhadap pasien yang terpapar, serta menurunkan tingkat kematian.

"Mudah-mudahan ini nanti bisa menurunkan fatality ratenya. Mudah-mudahan nanti dengan pemberian obat ini bisa menurunkan. Selain kita cegah sumber penyakitnya, kita juga melakukan terapi dari sisi obat-obatannya," tutur Budi.

Sponsored

Kasus gangguan ginjal akut, yang menyerang anak-anak, tengah merebak di Indonesia. Setidaknya telah ditemukan 241 kasus di 22 provinsi per 21 Oktober 2022, di mana 133 anak di antaranya meninggal dunia.

Sebelumnya, Juru Bicara (Jubir) Kemenkes, M. Syahril mengatakan Kemenkes melalui Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) telah membeli antidotum atau penawar yang didatangkan langsung dari luar negeri untuk diberikan kepada pasien yang saat ini masih dirawat.

Syahril menambahkan, obat penawar ini bukan hanya untuk pasien di RSCM saja, tetapi bagi pasien yang dirawat di rumah sakit di Indonesia. 

Bahkan, Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kemenkes tentang tata laksana dan manajemen klinis AKI pada anak telah diterbitkan untuk seluruh dinas kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes).

Kemenkes juga mengeluarkan surat edaran kewajiban penyelidikan epidemiologi dan pelaporan kasus AKI untuk seluruh Dinas Kesehatan, fasyankes, dan organisasi profesi.

“Diharapkan dari IDI, IDAI, Ikatan Bidang Indonesia, puskesmas, rumah sakit termasuk dinas kesehatan itu agar melakukan surveilens atau penelitian epidemiologi untuk memberikan pelaporan secara langsung kepada Kementerian Kesehatan untuk dilakukan pendataan secara nasional sekaligus untuk melakukan langkah-langkah berikutnya,” ucap Syahril, Rabu (19/10).

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid