sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Arifin Panigoro: Corona tidak ada apa-apanya dibanding TBC

Tuberculosis renggut 100.000 nyawa per tahun sebelum pandemi Covid-19 menerpa.

Manda Firmansyah
Manda Firmansyah Selasa, 07 Jul 2020 11:24 WIB
Arifin Panigoro: Corona tidak ada apa-apanya dibanding TBC

Ketua Dewan Pembina Stop TB Partnership Indonesia Arifin Panigoro mengatakan, tingkat mortalitas (angka kematian) tuberculosis (TBC) lebih tinggi daripada Covid-19. Sebanyak 100.000 orang Indonesia meninggal dunia per tahun sebelum pandemi Covid-19 menerpa.

“Coba bandingkan saja kalau 100 ribu orang setahun, tinggal dibanding-bandingkan dengan Corona. Corona tidak ada apa-apanya dari jumlah orang meninggal (akibat tuberculosis). Karena sedang fokus ke Covid-19 ya agak dilupakan saja dulu,” ujar Arifin dalam konferensi pers di Graha BNPB, Jakarta, Selasa (7/7).

Menurut Arifin, keterpaparan tuberculosis di Indonesia terbilang tinggi. Sayangnya, perhatian pemerintah hingga masyarakat terbilang masih rendah. Pasalnya, tuberculosis telah dianggap penyakit lama yang sudah selesai. 

Indonesia peringkat ketiga dunia jumlah penderita tuberculosis setelah India dan China. Bila temuan kasus tuberculosis dibandingkan pula dengan jumlah penduduknya, maka bisa dipastikan Indonesia melampaui India dan China.

“Sebetulnya, untuk Indonesia ini serius banget,” ucapnya.

Senada, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan Wiendra Waworuntu membenarkan tingginya mortalitas tuberculosis.

Namun, lanjut dia, hanya 67% kasus tuberculosis yang terdeteksi. Sedangkan 33% sisanya masih berkeliaran dan berpotensi menularkan penyakit tuberculosis.

“Angka kematian tuberculosis juga cukup tinggi. Artinya, ada 13 orang Indonesia meninggal dunia per jam karena tuberculosis,” tutur Wiendra.

Sponsored

Dia menambahkan, obat tuberculosis cukup tersedia di semua layanan kesehatan di Indonesia. Sebanyak 100.000 puskesmas dan rumah sakit telah menyediakan obat-obatan tuberculosis secara gratis.

Menurut Wiendra, tuberculosis resisten ikut menambah serangkaian masalah terkait tingginya penderita penyakit ini yang meningkat setiap tahunnya. Tuberculosis resisten merupakan istilah bagi pasien yang telah kebal dengan obat.

Tuberculosis resisten terjadi karena pasien mengabaikan konsistensi pengobatan tuberculosis alias putus obat sebelum enam bulan. Jumlah pasien penyakit ini sekitar 24.000 orang pada 2019.

Di sisi lain, tuberculosis juga turut menyebabkan kematian bagi pasien HIV. Bahkan, pada 2019 terdapat sekitar 21.000 pasien tuberculosis HIV.

“(Pasien) yang meninggal itu bukan karena HIV, tetapi tuberculosis yang menyebabkan kematian pasien HIV,” pungkas Wiendra. 

Berita Lainnya
×
tekid