Parade Atraksi Budaya yang sebelumnya telah dilaksanakan di Kota Solo, kini dilanjutkan dengan me-launching “Atraksi Budaya Bregada Rakyat Malioboro” di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Selasa (9/11). Parade ini juga diikuti launching tour package dan produk UMKM dari atraksi budaya Yogyakarta.
Bregada Rakyat Malioboro ini diinisiasi oleh Dinas Pariwisata DIY, didukung oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia (Kemenparekraf RI) dan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, serta bekerjasama dengan komunitas asosiasi dan stakeholder lainnya.
Atraksi budaya Bregada Rakyat Malioboro diharapkan dapat mendukung pemberdayaan rakyat dengan mengembangkan atraksi berbasis budaya lokal, menjadikan rakyat Malioboro sebagai ikon pariwisata, meningkatkan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan juga menggerakkan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), serta menumbuhkan rasa bangga dan memiliki bagi masyarakat akan kekayaan budaya di Indonesia.
“Menurut saya, ini sangat inovatif. Inovatif dalam artian kita tidak pernah lihat hal ini sebelumnya dan ini tentunya saya yakin membutuhkan keberanian. Keberanian dalam artian keberanian memprogramkan, keberanian menganggarkan dan inovasi-inovasi seperti ini saya harap kedepannya akan lebih banyak lagi,” ungkap Penghageng Kawadenan Hageng Punakawan (KHP) Kridhomardowo, Kanjeng Pangeran Haryo Notonegoro pada launching Atraksi Budaya Bregada Rakyat Malioboro, hari ini.
Saat ini, jelasnya, kebudayaan-kebudayaan di dunia sedang terus berkembangan sebagai aset negara. Negara-negara di dunia tidak lagi bersaing melalui kekuatan militer ataupun kekuatan politik, namun dengan menggunakan kekuatan budaya.
“Pada saat ini, kita mengakui bahwa perkembangan kebudayaan di dunia terjadi persaingan yang sangat ketat dan yang menjadi juaranya pada saat ini mungkin bisa dibilang adalah saudara-saudara kita dari telatah Korea. Kalau kita melihat secara secara umum mungkin tidak ketahuan betapa besarnya investasi yang dilakukan oleh pemerintah di belakang itu semua. Investasi yang dilakukan oleh pemerintah itu mencapai sekitar USD 1 miliar hanya untuk itu saja, hanya untuk Korean culture,”
jelasnya.
“Nah, investasi-investasi seperti ini menurut saya, di Indonesia ini masih cukup jarang. Oleh karena itu, hari ini saya sangat mengapresiasi bagaimana pemerintah terutama Kemenparekraf berani melakukan investasi-investasi seperti ini,” imbuhnya.
Ia juga mengungkapkan, pembinaan Bregada di Jogja ini adalah suatu pilihan yang sangat strategis. Karena begitu banyak mengandung sejarah Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.
“Bentuk Bragada-Bragada yang ada hampir di semua desa di Yogyakarta ini, mungkin salah satu aset yang jarang bisa ditemui di tempat lain. Memang awalnya Bragada itu ada di keraton, tapi sekarang hampir semua desa itu sudah memiliki Bregada. Saya sangat mengapresiasi bagaimana Kemenparekraf dan Dinas Pariwisata melihat ini sebagai suatu peluang di mana semangat keprajuritan, semangat perjuangan ini bisa terus dipupuk,” ucapnya.