sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Bantuan belum datang, korban gempa Halmahera Selatan gunakan dana desa

Penyaluran bantuan terkendala sulitnya akses jalan yang dapat dilalui.

Gema Trisna Yudha
Gema Trisna Yudha Rabu, 17 Jul 2019 09:14 WIB
 Bantuan belum datang, korban gempa Halmahera Selatan gunakan dana desa

Korban gempa di sejumlah wilayah Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara, masih bertahan di pengungsian. Untuk memenuhi kebutuhan warga di pengungsian, perangkat desa terpaksa menggunakan dana desa.
 
Kepala Desa Rangaranga, Kecamatan Gane Barat, Derek Mathias mengatakan tindakan ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan makanan bagi warganya yang bertahan di pengungsian.

"Bantuan dari Pemkab Selatan belum sampai karena sulitnya akses transportasi," katanya, Rabu (17/7).

Berdasarkan laporan Dinas Sosial Maluku Utara hari ini, ada bantuan dari Kementerian Sosial untuk para korban gempa di Kabupaten Halmahera Selatan. Bantuan tersebut berupa tenda peleton, tenda keluarga, kasur, selimut, tikar, dan bahan makanan.

Bantuan tersebut akan disalurkan ke wilayah Gane Barat dan Gane Timur, yang menjadi wilayah terdampak paling parah. Selain itu, bantuan dari Kemensos berupa makanan siap saji, juga akan segera dikirim dari Jakarta menggunakan kargo pesawat.

Sekretaris Daerah Kabupaten Halmahera Selatan yang juga Ketua Tim Tanggap Darurat Gempa, Helmy Surya Botutihe, mengatakan bantuan dari Kemensos sudah tiba di Saketa, ibu kota Kecamatan Gane Barat sejak Selasa (16/7). Pihaknya akan mendistribusikan bantuan tersebut ke berbagai desa terdampak di Gane Barat dan Gane Timur, hari ini.

Salah satu daerah yang menjadi prioritas penyaluran bantuan itu adalah Gane Luar. Namun Helmy mengakui tak ada akses jalan yang bisa dilewati untuk mengangkut bantuan tersebut dari Saketa. Penyaluran bantuan tengah diupayakan dilakukan melalui jalur laut, yang saat ini kondisinya bergelombang tinggi.

Menurut Derek, ada sebanyak 800 jiwa warganya yang memilih bertahan di pengungsian. Mereka masih takut kembali ke rumah karena khawatir akan terjadi tsunami yang menyusul gempa magnitudo 7,2 yang terjadi pada Minggu (14/7).

Alasan lain, warga takut rumahnya roboh diguncang gempa susulan, karena sudah mengalami rusak berat akibat gempa sebelumnya. Menurut Derek, banyak rumah warganya yang sudah ambruk.

Sponsored

Hal yang sama terjadi pada para pengungsi di Kota Labuha. Meski pada siang hari sebagian dari mereka kembali ke rumah, malam hari mereka kembali ke tempat pengungsian.

Helmy memaklumi alasan para pengungsi yang masih takut kembali ke rumah. Apalagi untuk para pengungsi yang rumahnya mengalami rusak berat.

Namun Helmy juga mengimbau para pengungsi untuk menghilangkan kekhawatiran akan terjadi tsunami. Hal ini lantaran Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyampaikan gempa susulan tidak akan menimbulkan tsunami. (Ant)

Berita Lainnya
×
tekid