sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Belajar dari penanganan Covid-19, Menkes ingin perbaiki data TBC

Upaya penurunan prevalensi TBC akan dilakukan dengan memperbaiki data dan infrastrukturnya.

Manda Firmansyah
Manda Firmansyah Rabu, 24 Mar 2021 12:18 WIB
Belajar dari penanganan Covid-19, Menkes ingin perbaiki data TBC

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan, 316 per 100.000 penduduk Indonesia terinfeksi tuberculosis (TBC) pada 2019. Indonesia sendiri telah menargetkan penurunan prevalensi TBC hingga 65 per 100.000 penduduk Indonesia pada 2030. Sementara pada 2020, penemuan TBC menurun sangat drastis. Kemenkes memperkirakan hal itu disebabkan orang takut terpapar Covid-19 ketika berkunjung ke fasilitas pelayanan kesehatan.

Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan, upaya penurunan prevalensi TBC akan dilakukan dengan memperbaiki data dan infrastrukturnya. Selain itu, penanganan TBC dengan tindakan promotif dan preventif (pencegahan), jauh lebih murah dibandingkan dengan kuratif (pengobatan).

Di sisi lain, dampak tindakan promotif dan preventif jauh lebih masif dibandingkan kuratif.

“Kami di Kemenkes akan mencoba langkah-langkah yang lebih agresif dalam menurunkan TBC ini. Mulai dari kualitas data dan digitalisasi laporan yang lebih baik. Covid-19 mendidik kita dalam masalah data ini,” ucapnya dalam keterangan pers virtual, Rabu (24/3).

Berkaca dari penanganan Covid-19, pengumpulan data kasus TBC harus rapi. Semua laporan dari laboratorium, rumah sakit, puskesmas, hingga klinik swasta harus dimasukkan. Sebab, data informasi yang lengkap membantu pengambilan keputusan dan perumusan kebijakan yang tepat.

Infrastruktur kesehatan dalam penanganan Covid-19, dapat digunakan pula untuk kasus TBC. Misalnya, menggalakkan 3T (testing, tracing, treatment), hingga promosi kesehatan terkait bangunan sekolah yang lebih terbuka dan rumah dengan sirkulasi udara (berjendela).

“Itu seharusnya bisa kita lakukan bersama-sama. Mumpung saat pandemi Covid-19, kami mendapat alokasikan anggaran besar. Mengapa tidak sekalian memanfaatkannya untuk mengatasi pandemi TBC," tutur Budi.

Sebelumnya, Kemenkes melaporkan, jumlah kematian akibat tuberkulosis (TBC) selama pengobatan mencapai 12.800 kasus pada 2020. Adapun jumlah kasus TBC biasa di Indonesia diprediksi sebanyak 845.000 kasus.

Sponsored

Selain itu, terdapat 24.000 kasus TBC resisten, yang terjadi karena pasien tidak konsisten menjalani pengobatan sebelum enam bulan. Namun, Kemenkes hanya menemukan 349.000 kasus TBC biasa, 8.060 kasus TBC resisten, dan 8.000 kasus TBC bagi pasien HIV.

"Sebenarnya insiden tuberculosis pada 2019 itu pada angka 316 (per 100.000 penduduk), kemudian di Global TB Report itu 312 per 100.000 penduduk. Ini menjadi tantangan karena pada 2020 ini, kita hanya menemukan kurang lebih 30% dari kasus," ujar Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML) Kemenkes Siti Nadia Tarmizi, Selasa (23/3). "Yang artinya, jangan-jangan insiden kita di 2021 atau 2022 kembali menjadi meningkat." 

Berita Lainnya
×
tekid