sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

BMKG akui gagal deteksi tsunami Selat Sunda

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengakui gagal mendeteksi kejadian tsunami Selat Sunda.

Soraya Novika
Soraya Novika Selasa, 25 Des 2018 02:51 WIB
BMKG akui gagal deteksi tsunami Selat Sunda

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengakui gagal mendeteksi kejadian tsunami Selat Sunda.

Berkaca atas kegagalan mendeteksi dini kejadian Tsunami di Selat Sunda Sabtu (22/12) malam lalu, BMKG langsung menyusun rencana koordinasi dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) di Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

Mengingat insiden tsunami Selat Sunda tempo hari bukanlah berasal dari pemicu tsunami yang umumnya terjadi di Indonesia, pertimbangan tersebut tentu menjadi paling mendesak untuk segera diwujudkan.

Selama ini, jenis gempa penyebab tsunami di tanah air yang hanya dapat terdeteksi oleh BMKG adalah gempa tektonik. Namun, tsunami selat sunda kali ini berbeda. 

Gempa yang terjadi justru jenis gempa vulkanik ditambah lagi faktor lainnya turut bermain yaitu aktivitas Gunung Anak Krakatau, longsoran material Gunung Anak Krakatau yang sangat besar ke bawah laut, hingga fenomena bulan purnama perigee.

"99% tsunami yang terjadi di Indonesia biasanya diakibatkan oleh gempa tektonik. Biasanya BMKG dapat memberikan peringatan dini tsunami bahkan lima menit setelah gempa jenis ini terjadi. Ini alasan kami sebut fenomena kali ini tidak biasa, karena yang terjadi gempa vulkanik, dan penyebabnya pun beragam serta saling terkait," ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati di Aula BMKG, Jakarta Pusat, Senin (24/12).

Untuk itu, demi mencegah kelalaian serupa terulang kembali, BMKG pun mengaku telah memulai koordinasinya dengan PVMBG untuk mengakses data aktivitas gunung berapi sebagai upaya pencegahan dini tsunami.

"Kami sedang koordinasi dengan Pusat Vulkanologi dan kami segera berupaya untuk ikut mendukung, mengakses data-data tersebut agar bisa memperkuat peringatan dini tsunami akibat dari erupsi gunung yang ada di bawah laut," ungkapnya.

Sponsored

Menurut Dwikorita, komunikasi antara  BMKG dan PVMBG sudah sampai kepada situasi geologi di Indonesia. Sedangkan, komunikasi yang ingin dibangun ke depannya adalah komunikasi melalui sistem komputer. Ia mengatakan, sistem komputer yang sudah ada hanya untuk informasi air bawah tanah.

"Jadi sistem informasi antara BMKG dengan Badan Geologi yang sudah tergabung saat ini terkait dengan air bawah tanah. Untuk kegunungapian belum masuk, sehingga kami akan segera mengintegrasikan," imbuhnya

Jika sudah terintegrasi, BMKG hanya berperan sebagai pendukung agar mempercepat peringatan dini seandainya terjadi bencana atau tsunami lainnya.

Data sementara yang berhasil dihimpun Posko Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) hingga Senin (24/12) pukul 07.00 WIB tercatat 281 orang meninggal dunia, 1.016 orang luka-luka, 57 orang hilang dan 11.687 orang mengungsi. 

Kerusakan fisik meliputi 611 unit rumah rusak, 69 unit hotel-vila rusak, 60 warung-toko rusak, dan 420 perahu-kapal rusak.

Korban dan kerusakan ini tersebar di lima kabupaten terdampak bencana di antaranya Pandeglang, Serang, Lampung Selatan, Tanggamus dan Pesawaran. 

Daerah pesisir di Kabupaten Pandeglang adalah daerah dengan jumlah korban dan kerusakan paling banyak dibandingkan dengan daerah lainnya. 

Data ini akan terus berkembang, mengingat belum semua berhasil didata dan upaya pencarian korban pun masih terus dilakukan.

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid