sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

BPOM klaim Sinovac bukan vaksin terlemah dari segi kemanjuran

Hingga saat ini, kata Lucia, tidak ada dokumen dan informasi resmi dari WHO yang membandingkan respon imunitas 10 kandidat vaksin Covid-19.

Manda Firmansyah
Manda Firmansyah Senin, 21 Des 2020 14:08 WIB
BPOM klaim Sinovac bukan vaksin terlemah dari segi kemanjuran

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengklaim Sinovac bukanlah vaksin paling lemah. Hal tersebut ditegaskan Juru bicara vaksinasi Covid-19 dari BPOM Lucia Rizka Andalusia.

"Sehubungan dengan pemberitaan di media massa, bahwa world health organization (WHO) membandingkan 10 vaksin Covid-19 dan Sinovac yang paling lemah serta Indonesia satu-satunya yang memesan vaksin Sinovac," ucapnya dalam keterangan tertulis, Senin (21/12).

Dia mengklaim, telah melakukan konfirmasi kebenaran data tersebut kepada pihak WHO di Indonesia. Hingga saat ini, kata Lucia, tidak ada dokumen dan informasi resmi dari WHO yang membandingkan respon imunitas 10 kandidat vaksin Covid-19. 

Bahkan, lanjutnya, juga belum ada pengumuman tingkat efikasi (kemanjuran) vaksin Sinovac dari produsen maupun badan pengawas obat di negara tempat dilakukan uji klinik.

Menurut Lucia, informasi bahwa hanya Indonesia yang memesan vaksin Sinovac juga tidak tepat. Selain Indonesia, Brazil, Turki, Chili, Singapura, Filipina, dan Mesir turut pula melakukan pemesanan vaksin Covid-19 dari Sinovac.

Vaksinasi hanya dilakukan dengan vaksin yang efektif dan bermutu. BPOM dan Komite Nasional Penilai Obat akan mengawal aspek keamanan dari vaksin Covid-19 sesuai standar yang ditetapkan oleh WHO.

"Jangan kendor memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, siap divaksinasi saat vaksin siap," ucapnya.

Sebelumnya, ahli epidemiologi dan biostatistik Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono menduga uji klinis vaksin Covid-19 buatan Sinovac oleh tim riset Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran (FK Unpad) dan PT Bio Farma dilakukan tidak serius. 

Sponsored

Semestinya, uji klinis untuk mengukur efikasi atau kemanjuran membutuhkan sampel yang lebih banyak.

Diketahui, pada 10 Agustus lalu tim riset FK Unpad melakukan uji klinis fase II vaksin Covid-19 dengan melibatkan sebanyak 1.020 relawan. Sayangnya belum ada publikasi tingkat kemanjuran vaksin Sinovac asal China tersebut. Sebagai pembanding , disebutnya, vaksin Pfizer dan Moderna yang diklaim tingkat efikasi (kemanjuran) memberi daya perlindungan di atas 90%.

"Sia-sia kalau enggak ampuh. Sudah dikasih vaksin, tetapi masih terinfeksi (Covid-19). Kalau WHO mengisyaratkan 50%, khawatir enggak ada vaksin yang bagus, ternyata sekarang banyak di atas 90%," ujar Pandu kepada Alinea.id, Senin (12/7).

Berita Lainnya
×
tekid