sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Covid-19 akibatkan penanganan TBC menumpuk

Pandemi Covid-19 mereda, Indonesia perlu melakukan perbaikan sistem pelayanan kesehatan.

Manda Firmansyah
Manda Firmansyah Selasa, 07 Jul 2020 13:01 WIB
Covid-19 akibatkan penanganan TBC menumpuk

Pandemi Covid-19 membuat penanganan pasien tuberculosis (TBC) di Indonesia menumpuk. Menurut Ketua Dewan Pembina Stop TB Partnership Indonesia, Arifin Panigoro, saat ini pemerintah, rumah sakit, hingga tenaga medis lebih memprioritaskan pencegahan penanganan coronavirus.

"Oke, penanganan Covid-19 dulu. Misalnya, tahun depan vaksin ada dan segala macamnya. Masalahnya, Covid-19 sudah mereda, tetapi TBC ini masalahnya menjadi double. Pemerintah perlu melihat penanganan TBC extraordinary, serius juga," kata Arifin dalam konferensi pers di Graha BNPB, Jakarta Timur, Selasa (7/7).

Dia mengaku amat khawatir. Jika pemerintah mengabaikan penanganan TBC, maka peringkat dunia Indonesia akan menyalip India dan Tiongkok. Sebab, dua negara itu telah berbenah dalam penanganan Covid-19 dan TBC.

"Begitu terpinggirkan. Jadi pasien TBC menunggu nih. Kapan Covid-19 selesai? Masalahnya menjadi menumpuk karena tanpa Covid-19 pun, temuan kami terbatas banget. Apalagi, dengan terbengkalainya TBC pada semua tahapan," ucapnya.

Jika pandemi Covid-19 mereda, menurut Arifin, Indonesia perlu melakukan perbaikan sistem pelayanan kesehatan. Selain itu, harus menambah sumber daya manusia dalam bidang kesehatan.

Kendati pandemi Covid-19 memperburuk pelayanan pasien TBC. Tetapi, menurut dia,  ada sisi positifnya, yakni membuat banyak orang sadar pentingnya kesehatan. 

"Covid-19 ini, semua orang berpikir bahwa kesehatan nomor 1 urusanya, sebelumnya ngomong ekonomi, politik dulu, tetapi (sekarang) kita harus sehat," tutur Arifin.

Senada, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung, Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Wiendra Waworuntu membenarkan, imbauan protokol kesehatan turut membantu promosi kesehatan pencegahan TBC.

Sponsored

Sebelum pandemi Covid-19, dia mengaku, kesulitan melakukan promosi kesehatan untuk mengubah kebiasaan masyarakat. Protokol kesehatan, seperti memakai masker, jaga jarak, hingga cuci tangan juga ampuh memutus penularan TBC.  

"Bayangkan TBC sudah ada 300 tahun lalu, pada 1970 sudah kami  mulai promosi kesehatan. Artinya, 30-40 tahun lalu, kami  sudah melaksanakan ini, dan tidak semudah membalikkan telapak tangan," bebernya.

Perjuangan promosi kesehatan untuk pencegahan TBC kerapkali menemui jalan terjal karena kerap dianggap enteng. Namun, ketika pandemi Covid-19 menerjang dan kesehatan menjadi prioritas.

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid