sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Epidemiolog UI khawatir vaksin Sinovac tidak sesuai harapan

Belum ada publisitas tingkat kemanjuran vaksin Sinovac asal China tersebut.

Manda Firmansyah
Manda Firmansyah Senin, 07 Des 2020 14:02 WIB
Epidemiolog UI khawatir vaksin Sinovac tidak sesuai harapan

Ahli epidemiologi dan biostatistik Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono menduga uji klinis vaksin Covid-19 buatan Sinovac oleh tim riset Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran (FK Unpad) dan PT Bio Farma dilakukan tidak serius. Alasannya, semestinya uji klinis untuk mengukur efikasi atau kemanjuran membutuhkan sampel yang lebih banyak.

Diketahui, pada 10 Agustus lalu tim riset FK Unpad melakukan uji klinis fase II vaksin Covid-19 dengan melibatkan sebanyak 1.020 relawan. Sayangnya belum ada publikasi tingkat kemanjuran vaksin Sinovac asal China tersebut. Sebagai pembanding , disebutnya, vaksin Pfizer dan Moderna yang diklaim tingkat efikasi (kemanjuran) memberi daya perlindungan di atas 90%.

“Sia-sia kalau enggak ampuh. Sudah dikasih vaksin, tetapi masih terinfeksi (Covid-19). Kalau WHO (World Health Organization) mengisyaratkan 50%, khawatir enggak ada vaksin yang bagus, ternyata sekarang banyak di atas 90%,” ujar Pandu kepada Alinea.id, Senin (12/7).

Ia pun mengaku belum tahu terkait rilis hasil perkembangan uji klinis vaksin Covid-19 oleh FK Unpad-PT Bio Farma. “Jadi, yang di Unpad itu belum selesai. Enggak ada publikasinya, dan saya khawatir hasil studi di Unpad tidak menghasilkan yang diharapkan. Sampai sekarang prosesnya transparan hanya di antara mereka,” tutur Pandu.

Menurut Pandu, narasi pemerintah terkait vaksin Covid-19 sebagai solusi mujarab dilakukan karena gagal pencegahan pertama (primary prevention) 3M (memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan) dan 3T (tracing, testing, treatment). Sementara itu, vaksin Covid-19 adalah pencegahan kedua (secondary prevention).

Semestinya 3M dan 3T diperkuat terlebih dahulu sebelum diberikan vaksin Covid-19. Sebab, vaksin tidak pernah menjadi senjata pamungkas. Vaksin Covid-19 hanya bisa membantu untuk mencegah penularan dan kematian. Jikalau pun vaksin Covid-19 berhasil, Indonesia tetap belum bisa 100% terbebas dari pandemi.

“Enggak (bisa) masih butuh waktu, karena pencegahan primernya tidak dilakukan,” ucapnya.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut, sebanyak 1,2 juta vaksin Covid-19 buatan Sinovac yang dibawa menggunakan pesawat Garuda Indonesia jenis Boeing 777-300ER tiba di Bandara Soekarno-Hatta, kemarin (6/12) sekitar pukul 21.20 WIB. Vaksin Covid-19 tersebut telah uji klinis FK Unpad dan PT Bio Farma di Bandung sejak Agustus 2020.

Sponsored

Saat ini, pemerintah masih mengupayakan mendatangkan 1,8 juta dosis vaksin Covid-19 pada awal 2021. Juga berencana mengimpor vaksin dalam bentuk bahan baku curah sebanyak 15 juta dosis vaksin pada Desember 2020 dan 30 juta dosis pada 2021. Namun, vaksin tersebut masih perlu melewati tahapan di Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) untuk memperoleh izin edar atau persetujuan penggunaan pada masa darurat (emergency use authorization/EUA).

"Tidak memungkinkan vaksinasi secara serempak untuk semua penduduk. Saya harap mengikuti pengumuman dan petunjuk-petunjuk dari petugas yang saat ini sudah menyiapkan vaksinasi," ujar Jokowi dalam keterangan pers virtual, Minggu (6/12).

Berita Lainnya
×
tekid