sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Fahri Hamzah desak Presiden bentuk tim profesional tangani karhutla

Fahri Hamzah menilai tim yang ada saat ini sebagai tim amatir.

Marselinus Gual
Marselinus Gual Senin, 16 Sep 2019 14:52 WIB
Fahri Hamzah desak Presiden bentuk tim profesional tangani karhutla

Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah menilai tim penanganan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) saat ini sebagai tim amatir. Menurutnya, lambannya tim dalam mendeteksi titik kebakaran harus direspons Presiden Jokowi dengan perombakan agar tim bekerja lebih profesional.

"Sebentar lagi kan presiden ganti tim, ya cari tim yang bagus, yang bisa menyelesaikan itu semua. Jangan itu-itu saja, kalau orang yang sama disuruh kerja, kerjaannya enggak selesai-selesai," kata Fahri di Kompleks Parlemen di Senayan, Jakarta, Senin (16/9).

Dia mempertanyakan lambannya tim dalam mendeteksi dan merespons titik api yang mengindikasikan terjadinya karhutla. Fahri mengatakan, pemerintah memiliki alat pendeteksi api berkualitas sehingga tak ada alasan titik api di sejumlah daerah tidak terdeteksi. 

"Api masa enggak bisa kita baca, karena itu mengeluarkan panas kan. Kayu saja yang ditebang, yang kelihatan putihnya itu, itu bisa disensor oleh radar, oleh satelit. Masa api kita enggak bisa lacak," ujar Fahri menegaskan.

Dalam rapat koordinasi nasional pengendalian karhutla di Istana Negara pada 6 Agustus 2019 lalu, Presiden Jokowi telah mengultimatum jajaran TNI dan Polri yang tak bisa mengatasi karhutla. Jokowi memerintahkan pada Panglima TNI dan Kapolri untuk memecat jajarannya yang gagal menangani karhutla.

Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Wiranto memastikan perintah Presiden dilaksanakan. Menurutnya, sejumlah Kapolda yang wilayahnya dilanda karhutla juga telah menyatakan kesiapan dipecat jika dinilai gagal melaksanakan perintah Presiden. 

Untuk mempercepat penanganan karhutla, pemerintah membentuk Pasukan Pemadam Reaksi Cepat (PPRC). Wiranto mengatakan, satuan tugas yang dicetuskan pembentukannya pada 13 September 2019, akan memadamkan karhutla dengan teknik hujan buatan. Puluhan helikopter disiapkan untuk melakukan water bombing guna merangsang turunnya hujan. 

Upaya pemerintah ini dilakukan agar karhutla yang terjadi 2015 lalu tidak kembali terulang. Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Ruandha Agung Sugardiman mengatakan, pihaknya mengusahakan agar karhutla tidak semakin meluas. Dibandingkan dengan 2015, karhutla yang terjadi saat ini masih dinilai rendah.

Sponsored

"Kebakaran yang terjadi di Riau ini dibandingkan tahun lalu masih cukup aman lah, belum lebih, masih di bawahnya. Namun kita tetap waspada," kata Ruandha Agung Sugardiman usai peresmian Wahana Ozon di Pusat Peragaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (PP Iptek), Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur, Senin (16/9).

Dia menjelaskan, karhutla yang terjadi di Riau masih cukup besar. Adapun karhutla di Kalimantan Barat sudah mulai menurun, sedangkan di Kalimantan Tengah masih tinggi. Para petugas gabungan telah melakukan upaya pemadaman, salah satunya dengan water bombing

"Sampai hari ini kita sudh mendeploykan 50 helikopter baik untuk pemadaman maupun untuk patroli," kata Ruandha. (Ant)

Berita Lainnya
×
tekid