sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Glorifikasi pemerintah atas GeNose membahayakan upaya penanganan Covid-19

Menurut Pandu Riono, orang yang memaksakan GeNose sebagai pengganti rapid test antigen patut dicurigai.

Manda Firmansyah
Manda Firmansyah Senin, 01 Feb 2021 10:33 WIB
Glorifikasi pemerintah atas GeNose membahayakan upaya penanganan Covid-19

Penggunaan GeNose sebagai alat deteksi Covid-19 bagi pelanggan kereta api (KA) jarak jauh per 5 Februari 2021 terkesan terburu-buru. Ini akan membahayakan penanggulangan pandemi di tanah air.

Ahli epidemiologi dan biostatistik Universitas Indonesia (UI), Pandu Riono, menyatakan, produk inovasi Universitas Gadjah Mada (UGM) itu hingga kini baru dipakai terbatas. Negara lain pun ada yang mengembangkan teknologi serupa, tetapi takkan pernah mengizinkan pemanfaatannya secara masif lantaran masih banyak alat penapisan (screening) yang lebih akurat, seperti tes cepat (rapid test) antigen.

"(GeNose) tes ini tidak mungkinlah menggantikan tes antigen. Kalau ada orang yang memaksa menggantikan tes antigen, orang itu patut dicurigai karena orang itu ingin menjual produk yang tidak sempurna,” ujarnya kepada Alinea, Senin (1/2).

Jika GeNose tidak sempurna, menurut Pandu, berpotensi adanya calon penumpang KA dengan hasil negatif palsu (false negative). Imbasnya, memberikan keamanan semu dan berpotensi menularkan Covid-19.

"Jangan mengklaim ini satu-satunya produk di dunia. Ini kita bangsa Indonesia, Menteri Riset dan Teknologi, Bambang Brodjonegoro, Luhut (Menko Marves, Luhut Binsar Pandjaitan, red); terlalu glorifikasi dengan istilah 'karya anak bangsa,'" tuturnya.

Dirinya lalu mengingatkan kejadian sebelumnya, memaksakan tes cepat antibodi sebagai alat penapisan berdampak buruk terhadap penanganan pandemi Covid-19. "(Kesalahan) itu sulit diatasi."

"Sampai bertahun-tahun (tes cepat antibodi) masih dipakai terus, padahal sudah tahu (tidak akurat). Karena ini jualan, ada aspek komersialnya yang berbahaya dalam penanganan pandemi,” tutup Pandu.

Bambang Brodjonegoro sebelumnya mengatakan, GeNose bakal diproduksi massal. Tahap awal, produksinya ditargetkan 5.000 unit pada Februari ini. Jumlahnya akan meningkat seiring sejalan dengan upaya pemerintah membantu UGM mencari mitra industri.

Sponsored

GeNose telah mengantongi izin edar sejak 24 Desember 2020. Ia akan menggantikan tes cepat antibodi sebagai standar baru alat penampisan Covid-19, terutama di stasiun, pabrik, perkantoran, hingga tempat perbelanjaan.

Meski demikian, inovasi tersebut disebut bukan alat diagnosis. Dengan begitu, ketika seseorang dua kali terkonfirmasi positif Covid-19, dia diminta segera melakukan tes usap (swab) secara polymerase chain reaction (PCR).

Ia diklaim memiliki sensitivitas sekitar 92%. Pun disebut lebih mudah secara operasional dan murah karena setiap alatnya bisa digunakan hingga 100.000 kali sebelum diperbaiki dan harganya Rp62 juta per unit plus Rp7.000 setiap kantong plastik untuk menyimpan embusan napas, tetapi di luar biaya HEPA filter untuk menyaring virus tidak masuk ke dalam mesin.

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid