sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Gugus Tugas akui tidak tahu kapan pandemi Covid-19 berakhir

Perubahan perilaku dan pola hidup merupakan kunci memutus mata rantai penularan Covid-19.

Manda Firmansyah
Manda Firmansyah Selasa, 12 Mei 2020 12:39 WIB
Gugus Tugas akui tidak tahu kapan pandemi Covid-19 berakhir

Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 mengaku tidak tahu kapan pandemi coronavirus baru (Covid-19) berakhir. Bahkan, prediksi paling optimis harus menunggu penemuan vaksin Covid-19.

“Jadi, sebenarnya kalau ditanya sampai kapan? Tiada yang tahu. Seluruh dunia juga tidak tahu karena vaksinnya belum ditemukan,” ujar Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmiko dalam keterangan pers di Graha BNPB, Jakarta, Selasa (12/5).

Penemuan vaksin Covid-19, paling cepat tahun depan. Sayangnya, penemuan vaksin pun belum tentu pertanda kemenanganan melawan virus Covid-19. Apalagi, penduduk Indonesia terpadat keempat di dunia.

Lebih jauh, ia mengingatkan, agar masyarakat tetap disiplin kolektif menjaga jarak, mencuci tangan dengan air bersih, hingga memakai masker. Di sisi lain, meningkatkan imunitas tubuh.

Perubahan perilaku dan pola hidup merupakan kunci memutus mata rantai penularan Covid-19. Setelah pandemi Covid-19 mereda, masyarakat diminta menerima dengan senang hati kondisi ‘new’ normal. Penerimaan terwujud dalam perubahan perilaku dan pola hidup secara kolektif sesuai dengan imbauan dalam protokol kesehatan.

“Kita harus optimis. Kuncinya adalah pada perubahan perilaku,” ucapnya.

Beraktivitas seperti biasanya diperbolehkan asalkan tetap dalam koridor protokol kesehatan. Sebab, kepatuhan masyarakat terhadap imbauan pemerintah dipercaya bisa menurunkan kasus baru positif Covid-19.

“Marilah, kita gotong royong untuk mengubah perilaku bersama,” ujar Wiku.

Sponsored

Sebelumnya, pemerintah tengah menyusun skenario pelonggaran untuk menjaga agar masyarakat tidak terpapar Covid-19 dan juga tidak terdampak PHK. Pemerintah bakal memberi kesempatan kepada warga yang berusia di bawah 45 tahun untuk beraktivitas lebih banyak. Kelompok usia di bawah 45 tahun diklaim merupakan lapisan masyarakat yang tidak rentan terpapar oleh dampak buruk Covid-19 dibanding kelompok usia lain. Pasalnya, secara fisik kebanyakan warga yang berusia di bawah 45 tahun berkondisi sehat.

Di sisi lain, warga berusia di bawah 45 tahun juga tergolong memiliki mobilitas tinggi. Sehingga, sangat berpengaruh terhadap kondisi lapangan kerja. Sebaliknya, warga berusia 46 tahun ke atas tetap diminta untuk memperketat kewaspadaan agar tidak tertular Covid-19.

Kelompok usia 46 sampai 59 tahun kerap diklaim memiliki kondisi kormobid atau penyakit penyerta seperti hipertensi, diabetes, jantung, hingga penyakit paru obstraksi kronis. Buktinya, kelompok usia 65 tahun ke atas atau mencapai 45% merupakan penyumbang kematian tertinggi akibat Covid-19. Lalu, 40% lainnya berasal dari kelompok usia 46-59 tahun yang memiliki penyakit bawaan.

Berita Lainnya
×
tekid