sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Guru Besar Fakes UI: Mudik akan timbulkan lonjakan kasus baru

Pelarangan mudik dari sisi kesehatan saat pandemi Covid-19 dinilai sebagai langkah yang tepat.

Nafis Arsaputra
Nafis Arsaputra Jumat, 16 Apr 2021 13:33 WIB
Guru Besar Fakes UI: Mudik akan timbulkan lonjakan kasus baru

Mudik menjadi rutinitas mayoritas masyarakat tiap tahun khususnya di bulan puasa menjelang lebaran untuk kembali menemui sanak saudara di daerah asalnya masing-masing.

Tetapi, berbeda dengan tahun ini dengan kondisi yang masih belum stabil. Pelarangan mudik dari sisi kesehatan saat pandemi Covid-19 dinilai sebagai langkah yang tepat. Pasalnya, memaksakan mudik dalam kondisi seperti ini akan menimbulkan lonjakan kasus baru Covid-19.

Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (UI) Hasbullah Thabrany menjelaskan, penularan Covid-19 lantaran jarak manusia dengan yang lainnya saling berdekatan sehingga mudahnya pemaparan karena tidak ada perantara. Sehingga solusi terbaik adalah membuat jarak atau kontak antarmanusia sedikit mungkin. Nah, mudik berpotensi menciptakan kerumunan, baik saat perjalanan maupun di kampung halaman.

Apalagi, jika berkumpul itu sifat manusia kerap lupa menjaga jarak atau menerapkan protokol kesehatan. "Ini kalau tidak dikendalikan akan menimbulkan kasus baru," ujar Thabrany dalam keterangan tertulisnya.

Silaturahmi bisa dilakukan dengan telepon atau video call kapan saja. Soal anggapan mudik bisa menggerakkan ekonomi daerah yang saat pandemi saat ini, Thabrany mengatakan, banyak hal lain yang bisa dilakukan selain mudik.

Misalkan, ongkos mudik yang nilainya tidak sedikit bisa dialihkan untuk investasi. Menurutnya, ongkos mudik sekeluarga itu tidak murah, bahkan mungkin bisa untuk membeli sebidang tanah di daerah.

Lagi pula saat ini amat mudah mengirim uang untuk keluarga atau sanak saudara di daerah melalui layanan perbankan. Uangnya tetap bisa dibelanjakan di kampung halaman dan roda perekonomian di daerah tetap berjalan tanpa harus mudik. Atau bisa juga ongkos mudik dialihkan untuk membantu yayasan yatim piatu atau lembaga pendidikan.

"Jadi ongkos mudik bisa digunakan hal yang lebih produktif," kata dia.

Sponsored

Sebaliknya, jika muncul lonjakan kasus baru karena memaksakan mudik justru akan menyebabkan pemerintah mau tidak mau akan melakukan pengetatan lagi yang menyebabkan juga orang makin tidak bergerak ekonomi juga tak bergerak. Sehingga jangka panjangnya, kalau tidak dilarang mudik justru dampak pertumbuhan ekonomi akan lebih besar.

"Karena lonjakan kasus baru akan menimbulkan reaksi ketakutan baru. Ekonomi melambat juga," tegasnya.

Berita Lainnya
×
tekid