sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Hasto Kristiyanto menilai ada yang janggal dari pidato AHY

Pidato AHY dinilai menjadi indikasi adanya aspirasi yang tersumbat pada koalisi capres dan cawapres nomor urut 02.

Gema Trisna Yudha
Gema Trisna Yudha Sabtu, 02 Mar 2019 13:10 WIB
Hasto Kristiyanto menilai ada yang janggal dari pidato AHY

Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto, menyatakan pidato politik kebangsaan Komandan Komando Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), menunjukkan adanya kejanggalan pada koalisi presiden dan wakil presiden 02, Prabowo-Sandi. Bagi Hasto, pidato AHY menjadi indikasi adanya aspirasi yang tersumbat pada koalisi kandidat nomor urut 02.

"Siapa pun bisa menyampaikan pidato politik, tentu saja mungkin ada aspirasi yang tersumbat ya di pasangan 02, sehingga Pak AHY harus melakukan pidato politik," kata Hasto dalam Safari Kebangsaan IX PDI Perjuangan, di Lampung Tengah, Provinsi Lampung, Sabtu (2/3).

Menurut Hasto, pidato politik jelang Pilpres seharusnya dilakukan langsung oleh kandidat yang berkompetisi dalam hajatan demokrasi lima tahunan tersebut. Dia mencontohkan apa yang dilakukan calon presiden petahana Joko Widodo, yang menyampaikan pidato politiknya di Sentul International Convention Center, Minggu (24/2) lalu.

Meski demikian, Hasto mengapresiasi pidato politik yang disampaikan AHY. Pidato AHY dinilai memberi pencaran dan membangun peradaban untuk kepentingan bangsa dan negara. 

"Kami menilai itu merupakan hal yang positif, karena memang sudah menjadi hak tiap pimpinan parpol untuk menyampaikan pidato," katanya.

Hasto kemudian menyinggung makna pidato politik bagi partai koalisi pengusung Jokowi-Ma'ruf Amin. Menurutnya, pidato politik bagi kubu Jokowi, dilakukan untuk memberikan penjelasan pada rakyat soal visi misi kandidat nomor urut 01. 

"Begitu pun pidato politik yang dilakukan oleh Pak Jokowi sebelumnya juga mempertegas komitmen terhadap hal-hal strategis apa yang dilakukan Pak Jokowi," kata Hasto.

Dalam pidatonya, AHY mengungkap kondisi dan situasi politik mutakhir, tantangan, dan kesulitan yang dihadapi bangsa ini. Ia mengkritisi kondisi masyarakat yang memanas di tahun politik saat ini. 

Sponsored

AHY menyayangkan perhelatan demokrasi ini menjadi ajang pemaksaan keyakinan dan pilihan politik. Hal ini menyebabkan munculnya fanatisme yang berlebihan yang justru kontra-produktif terhadap kemajuan bangsa.

"Sayangnya, karena perbedaan pandangan dan pilihan politik, tak ayal, seringkali kita berdebat kusir, membela pilihannya masing-masing secara subjektif dan membabi-buta. Kita tidak lagi mau mendengar dan melihat secara jernih dan jujur tentang apa yang sebenarnya terjadi," katanya.

Kemudian, AHY merekomendasikan presiden terpilih nanti untuk melakukan sejumlah perbaikan. Salah satu yang disampaikan AHY, adalah rekomendasi Partai Demokrat kepada presiden mendatang untuk memacu laju pertumbuhan ekonomi nasional hingga mencapai angka 6% atau lebih. Selain itu, menurut dia menciptakan iklim dunia usaha yang kondusif, di antaranya dengan cara melonggarkan pajak.

"Dunia usaha yang maju akan menciptakan lapangan kerja yang lebih banyak lagi, serta mampu meningkatkan upah dan kesejahteraan buruh kita," katanya.

Berita Lainnya
×
tekid