sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Di konferensi PBB, Indonesia tak punya komitmen turunkan emisi

Dalam Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atau COP25, Indonesia disebut bersikap pasif.

Rizki Febianto
Rizki Febianto Kamis, 19 Des 2019 23:21 WIB
Di konferensi PBB, Indonesia tak punya komitmen turunkan emisi

Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atau COP25 telah digelar di Madrid, Spanyol, sejak tanggal 2 sampai 15 Desember 2019. Dalam kesempatan tersebut, Indonesia dinilai tak punya komitmen untuk menjaga lingkungan dari emisi karbon. 

Demikian dikatakan oleh Direktur Eksekutif Nasional Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), Nur Hidayati. Menurut dia, pada konferensi tersebut Indonesia hanya cari aman. Padahal, Indonesia sebagai salah satu negara paling terdampak perubahan iklim, tapi kurang mampu menunjukkan ambisinya untuk meningkatkan komitmennya soal menurunkan emisi. 

"Padahal, yang ingin kita lihat Indonesia memiliki leadership. Jika Indonesia berani menyuarakan hal itu, maka akan mewarnai proses negosiasi," kata Hidayati dalam konferensi pers di Jakarta pada Kamis (19/12). 

Dia menuturkan, pasifnya Indonesia di COP25 disebut sebagai cerminan sikap Indonesia terhadap emisi di negeranya sendiri, di mana penggunaan bahan bakar fosil yang makin meningkatkan membuat jumlah emisi terus naik.

Lebih lanjut, Hidayati menjelaskan, Indonesia sempat memaparkan tentang LCDI (Low Carbon Development Innisiative) yang sudah dirumuskan oleh pemerintah di ajang COP25. Namun, perlu diteliti lagi rumusan pemerintah itu dalam RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) 2019-2024.

"Kita memiliki potensi untuk berkontribusi dalam hal kehutanan, namun bila kita lihat kebakaran di tahun ini, sulit bagi kita untuk menjadi leader dalam upaya mitigasi untuk pengurangan emisi di sektor kehutanan," ujar Hidayati.

Manajer Kampanye Keadilan Iklim dan Isu Global Walhi, Yuyun Harmono, menuturkan kekecewaannya karena dalam konferensi tersebut harusnya menghasilkan kesepakatan yang ambisius untuk meningkatkan target penuruan emisi dari negara-negara maju.

Sebab, dampak dari perubahan iklim ini telah menyebabkan kenaikkan air laut dan mengancam wilayah pesisir dan pualu-pulau kecil. Rilis yang dikeluarkan oleh lembaga pusat iklim menyatakan ada 23 juta pemukim di pesisir yang meninggalkan rumahnya karena kenaikkan permukaan air laut dan bencana alam.

Sponsored

"Seharusnya ada mekanisme kompensasi kerugian yang diberikan negara maju dan korporasi penyumbang emisi kepada mereka yang menjadi korban," ujar Yuyun. 

Seperti diketahui, COP25 yang digelar selama dua minggu itu diikuti setidaknya oleh 200 negara untuk membahas aturan karbon global, serta bagaimana negara-negara berkembang dan terdampak harus mendapat kompensasi dari kerusakan akibat penggunaan emisi negara-negara maju.

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid