sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Ini alasan mengapa diversifikasi aset itu penting

Dengan mengalokasikan dana atau aset di berbagai tempat, maka risiko dalam investasi dapat diperkecil.

Davis Efraim Timotius
Davis Efraim Timotius Kamis, 26 Agst 2021 09:17 WIB
Ini alasan mengapa diversifikasi aset itu penting

Kamu mungkin pernah mendengar pepatah dalam investasi “Don’t put all your eggs in one basket”. Walaupun terdengar sederhana, pepatah ini ternyata mengandung makna yang sangat dalam. 

Secara harfiah pepatah ini mengandung arti, jangan pernah menempatkan atau mengalokasikan seluruh dana atau aset pada satu instrumen investasi, karena risiko investasi yang ditanggung akan sangat besar. 

Misalnya Anda memiliki modal Rp200 juta untuk berinvestasi di pasar modal. Lalu Anda membeli saham perusahaan A seharga Rp5000/lembar saham dengan seluruh dana dimiliki. Dalam beberapa bulan nilai saham yang Anda beli, ternyata turun menjadi Rp2500/lembar saham, yang artinya Anda mengalami floating loss atau kerugian sementara sebesar Rp100 juta.

Tidak masalah jika kita ingin membeli suatu saham dengan jumlah yang besar untuk mendapatkan keuntungan yang besar atau high risk high return dalam berinvestasi. Namun, akan lebih bijak jika Anda melakukan diversifikasi aset dengan tidak mengalokasikan seluruh dana atau aset, yang kita miliki pada satu instrumen investasi saja. Hal itu untuk menyeimbangkan potensi keuntungan dan tingkat risiko kerugian. 

Dengan mengalokasikan dana atau aset di berbagai tempat, maka risiko dalam investasi dapat diperkecil. Misalnya saham perusahaan A turun cukup dalam, saham perusahaan B dan C ternyata naik cukup drastis, dan menutupi kerugian dara saham perusahaan A. Untuk melakukan diversifikasi dengan baik, jangan berinvestasi pada instrumen-instrumen yang mempunyai karakteristik pergerakan yang sama.

Dikutip dari laman sikapiuangmu.ojk.go.id, berikut beberapa langkah perlu diperhatikan dalam diversifikasi portofolio

1. Pastikan bahwa portofolio investasi sesuai dengan profil risiko
Secara umum, profil risiko investasi terbagi menjadi tiga kategori, yaitu: konservatif (rendah), moderat (menengah), dan agresif (tinggi). Setelah memahami profil risiko investasi, Anda juga harus menentukan tujuan dalam investasi apakah untuk jangka panjang, menengah, atau pendek.

2. Tentukan alokasi dana investasi
Setelah menentukan profil risiko, Anda dapat menentukan rasio penempatan dana investasi pada tiap instrumen sesuai dengan profil risiko Anda. Makin tinggi imbal hasil atau keuntungan, maka semakin besar juga risikonya.

Sponsored

Investor konservatif biasanya menargetkan pertumbuhan aset dengan cara menempatkan dana di instrumen investasi berisiko rendah. Sementara investor moderat biasanya menargetkan pertumbuhan aset dengan cara menempatkan dana di instrumen investasi berisiko sedang. Terakhir, investor agresif biasanya cenderung menempatkan dana di instrumen yang berisiko tinggi.

3. Jeli dalam memilih portofolio investasi
Pilihlah instrumen investasi yang tingkat pengembaliannya berbeda untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal. jangan berinvestasi pada instrumen-instrumen yang mempunyai karakteristik pergerakan harga yang sama.

4. Rutin melakukan penyesuaian.
Periksa portfolio Anda secara berkala. Dengan melakukan review secara berkala, Anda dapat menyesuaikan portofolio investasi ke jalur yang sesuai dengan tujuan awal investasi.

Berita Lainnya
×
tekid