sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Intimidasi pewarta coreng gerakan 212

"Intimidasi itu barbar dan jahiliyah bukan ajaran Islam."

Rakhmad Hidayatulloh Permana
Rakhmad Hidayatulloh Permana Jumat, 22 Feb 2019 18:32 WIB
Intimidasi pewarta coreng gerakan 212

Intimidasi kepada wartawan oleh sejumlah oknum Laskar Pemuda Islam di acara Munajat 212 belum bisa diindikasikan bakal menggerus elektabilitas Prabowo-Sandi. Namun demikian, menurut pengamat politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno, kekerasan kepada pewarta mencoreng citra aksi 212 sebagai gerakan Islam. 

"Belum bisa dipastikan (ada efek secara langsung). Harus ada indikasinya, minimal survei. Yang jelas intimidasi ke wartawan oleh 212 merusak citra mereka sebagai gerakan Islam. Intimidasi itu barbar dan jahiliyah bukan ajaran Islam," kata Adi saat dihubungi Alinea.id di Jakarta, Jumat (22/2). 

Kericuhan sempat terjadi dalam acara Munajat 212 di Monas, Kamis (21/2) malam. Ricuh bermula ketika beberapa orang ditangkap karena diduga mencopet. Sejumlah pewarta yang mencoba mengabadikan kegaduhan itu malah mendapatkan intimidasi. 

Tak hanya diminta menghapus gambar, salah seorang pewarta dari detik.com diberitakan dipingit, dicakar dan bajunya ditarik-tarik oleh kerumunan massa. Pewarta lainnya dari suara.com yang mencoba melerai malah kehilangan ponsel. 

Meskipun perisitwa itu mencoreng citra massa alumni aksi 212, Adi mengatakan, gerakan 212 bakal tetap solid. "Mereka tetap solid, tetapi simpati masyarakat berkurang," ujarnya. 

Massa 212 kerap diindikasikan sebagai pendukung Prabowo-Sandi di Pilpres 2019. Dalam acara Munajat 212, sejumlah petinggi Badan Pemenangan Nasional (BPN) juga hadir, di antaranya Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan dan Wakil Ketua Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Hidayat Nur Wahid. 

Calon wakil presiden nomor urut 01 Ma'ruf Amin menyesalkan insiden intimidasi terhadap pewarta di Munajat 212. "Kenapa dari munajat kok mengintimidasi wartawan. Baiknya tidak ada. Munajat itu kan memohon doa, memohon pertolongan Allah, kok ada kejadian itu?" kata Ma'ruf. 

Lebih jauh, Ma'ruf mengaku kecewa Munajat 212 justru ditunggangi kepentingan politik. "Kan yang menggerakkan 212 itu saya. Yang membuat fatwanya itu saya. Boleh munajat, bersilahturahim, tapi jangan dijadikan kendaraan politik. Itu sangat menodai gerakan 212," imbuhnya. 

Sponsored
Berita Lainnya
×
tekid