sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Kata IDI soal daya bunuh dan tular varian baru Covid-19

Varian baru Covid-19 dari Inggris ini dinilai lebih berbahaya.

Manda Firmansyah
Manda Firmansyah Selasa, 29 Des 2020 14:09 WIB
Kata IDI soal daya bunuh dan tular varian baru Covid-19

Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Zubairi Djoerban mengungkapkan, SARS-COV-2 varian B1117 memiliki kemampuan penularan lebih cepat 71%, tetapi daya bunuhnya sama saja dengan varian sebelumnya.

Varian baru Covid-19 dari Inggris ini dinilai lebih berbahaya, karena kecepatan penularan tersebut.

“Ini menjadi serius karena penularan lebih cepat. Yang terpapar jumlahnya jauh lebih besar daripada sebelumnya. Signifikan menjadi beban dari rumah sakit-rumah sakit rujukan Covid-19. Pengobatan akhirnya macet,” ucapnya dalam diskusi virtual, Selasa (20/12).

Menurut Zubairi, laboratorium di Lembaga Biologi Molekuler Eijkman dan sejumlah fakultas kedokteran universitas ternama di Indonesia dapat mendeteksi varian baru Covid-19 ini.

Di forum yang sama, juru bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengaku belum tahu kemampuan varian baru Covid-19 dari Inggris tersebut.

“Kita belum tahu,” ucapnya.

Para ilmuwan dunia, kata Wiku, masih melakukan penelitian lebih lanjut terkait karakter varian baru Covid-19 ini dan bagaimana cara penularannya kepada manusia.

“Selalu perkembangan itu akan kita informasikan,” tutur Wiku.

Sponsored

Berbekal pengalaman bergulat dengan pandemi Covid-19 selama 10 bulan, Wiku optimistis dapat mengatasi varian baru ini.

“Tidak boleh kalah cepat (dengan virus) untuk menyesuaikan dan melanjutkan kehidupan,” ujar Wiku.

Bahkan, dia mengklaim dapat mengantisipasi kenaikan kasus imbas libur panjang Natal dan Tahun Baru 2021 (Nataru). Satgas Penanganan Covid-19 akan memantau peningkatan dan penurunan kasus secara realtime, dan akan rutin berkoordinasi dengan seluruh daerah dan kementerian lembaga terkait.

“Jadi, kewaspadaannya sangat tinggi,” ucapnya.

Jika ada indikasi peningkatan kasus di beberapa tempat tertentu, pihaknya akan meminta langkah antisipasi dari Satgas Penanganan Covid-19 daerah. Ketika tidak mampu, Satgas Penanganan Covid-19 Nasional akan turun membantu.

Sebelumnya, pakar epidemiologi dan biostatistik Universitas Indonesia (UI), Pandu Riono menyebut penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia masih tidak terkoordinasi. Indonesia dinilai bakal sulit mengatasi pandemi jika antarkementerian/lembaga masih tidak berjalan baik.

"Jangan tanya apakah membahayakan atau tidak membahayakan. Toh, pemerintah tidak mengenal bahaya. Sudah pilkada suruh diundur, tidak mau. Liburan panjang baru mau dibicarakan. Tiba-tiba ada usulan sekolah mulai tahun depan. Sepertinya semua tidak terkoordinasi," kata Pandu saat dihubungi, Senin (23/11).

Semestinya, saran Pandu, perencanaan dibicarakan dalam rapat koordinasi kabinet. Pasalnya, potensi penularan Covid-19 yang tidak lagi bisa ditebak, harus bisa diminimalisir dengan perencanaan matang.

"Kalau mau sekolah tahun depan. Ya, liburan panjang enggak usah. Pilkada diundur. Lebih penting mana pilkada atau pembukaan sekolah. Saya tidak bilang pilkada atau pembukaan sekolah yang lebih penting. Tetapi, semua kegiatan negara harus terkoordinasi," pungkas Pandu.

Berita Lainnya
×
tekid