sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Kata jubir soal mutasi baru Covid-19 dan efektivitas vaksin

Vaksin yang ada masih jadi alternatif untuk menangani pandemi Covid-19.

Achmad Al Fiqri
Achmad Al Fiqri Sabtu, 26 Des 2020 14:01 WIB
Kata jubir soal mutasi baru Covid-19 dan efektivitas vaksin

Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Siti Nadia Tarmizi, mengklaim mutasi baru virus Covid-19 asal Inggris tidak akan mempengaruhi efektivitas vaksin. Hal itu diyakininya setelah melihat beragam informasi terkait varian baru virus SARS-CoV-2.

"Sampai saat ini belum ada mutasi vaksin mempengaruhi efektivitas ya," kata Nadia, saat dihubungi Alinea, Sabtu (26/12).

Nadia merasa vaksinasi Covid-19 dengan vaksin yang ada masih menjadi alternatif untuk menangani pandemi. Namun, masyarakat juga harus mematuhi protokol kesehatan seperti memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir (3M).

"Jadi sampai vaksin masih terbukti evektif kita harus segera lakukan vaksinasi. Tambahan solusi selain 3M yang harus terus dilaksanakan," ucap Nadia.

Selain itu, Nadia juga merasa ragu dengan karakteristik mutasi baru Covid-19 asal Inggris yang menyebabkan proses penularan lebih cepat dibanding varian coronavirus disease 2019 tersebut.

"Terjadi mutasi, tetapi belum cukup bukti untuk virus mutasi ini menyebakan menjadi penularan menjadi lebih cepat atau meningkatkan keparahan penyakit," papar dia.

Sebagai informasi, ahli epidemiologi dan biostatistik Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono memprediksi kemungkinan varian baru Covid-19 telah masuk di Indonesia.

“Memang saya kira kita harus berpengalaman dulu. Belum ada yang masuk karena kita belum memeriksanya kan. Kalau saya memprediksi kemungkinan sudah masuk. Tetapi kan harus dibuktikan,” ucapnya saat dihubungi Alinea hari ini.

Sponsored

Pandu mengusulkan, surveilans epidemiologi untuk memeriksa jenis virusnya, bukan hanya surveilans epidemiologi untuk memeriksa orang saja. Jika dilakukan pemeriksaan jenis virus dalam populasi di Indonesia, lanjut Pandu, maka dapat dilihat apakah virus sudah bermutasi atau tidak.

Menurutnya, surveilans epidemiologi untuk memeriksa jenis virus dalam populasi juga penting untuk menentukan jenis vaksin. Kemudian, untuk mengantisipasi kemampuan penularan virus tersebut, maka 3M harus digalakkan.

“Vaksin tertentu tidak harus berbeda. Tetapi, masih katanya sih, 90% masih bisa dikenali dari vaksin lama (yang terlanjur beli),” tutur Pandu.

Diketahui, Singapura telah mengonfirmasi kasus pertama varian baru Covid-19. Terdapat 11 orang dinyatakan positif ditemukan dari penumpang Eropa yang tiba di Singapura sekitar Selasa (17/11) dan Kamis (17/12).

Berita Lainnya
×
tekid