sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Kelompok LGBT pengidap penyakit kejiwaan?

Lesbumi NU menganggap LGBT sebagai penyakit kejiwaan. Namun, aktivis perempuan menegaskan bahwa LGBT sebagai sesuatu yang alamiah.

Cantika Adinda
Cantika Adinda Rabu, 24 Jan 2018 18:56 WIB
Kelompok LGBT pengidap penyakit kejiwaan?

Polemik keberadaan kelompok lesbi, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) kembali mengemuka. Berdasarkan survey Pew Research Center 2015 silam, 3% masyarakat Indonesia mendukung homoseksual. Sedangkan sisanya, yaitu 93%, menentang keras.

DPR pun berencana memasukkan LGBT dalam revisi KUHP. Namun, Ketua Lembaga Seni Budaya Muslim Indonesia (Lesbumi) Nahdlatul Ulama (NU), Agus Sunyoto mengaku prihatin jika perilaku seksual diatur dalam regulasi.

"RUU KUHP (bahas) LGBT itu sama dengan UU Pornografi. Ya gak perlu lah diundang-undangkan. Untuk apa itu. Kalau orang kemudian membuka aurat dan dianggap pelanggaran, faktanya di desa-desa orang yang mandi di sungai telanjang biasa saja. Kalau diundang-udangkan gimana, biarkan saja terjadi alaminya," ujar Agus saat berbincang dengan Alinea, Rabu (24/1).

Meski demikian, Agus menilai LGBT sebagai perilaku menyimpang. Karena itu, ia menganggap kelompok LGBT perlu disembuhkan.

"Saya mengkatogerikan mereka itu sakit jiwa. Tidak menolak mereka ada, tapi jangan sampai dilegalkan. Toh kita juga biasa melihat waria-waria di pinggir jalan, tapi ya biasa saja," sambungnya.

Sementara aktivis perempuan dari Arus Pelangi, Lini Zurlia menolak anggapan bahwa LGBT sebagai suatu penyakit. Menyitir diagnosa gangguan kejiwaan melalui Diagnostic and Statistical Manual for Mental Disorder (DSM) maupun melalui Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia (PDGJI) ke-III yang dikeluarkan tahun 1993, LGBT sudah tidak termasuk dalam gangguan kejiwaan.

"Kalau para pelaku homoseksual dan biseksual dikategorikan sebagai penyakit, maka sudah seharusnya ditemukan obatnya dan sudah barang tentu seharusnya orang homoseksual atau biseksual tidak ada lagi di muka bumi karena bisa disembuhkan," papar Lini kepada Alinea.

Lini menambahkan, harapaan kelompok LGBT hanya sederhana yakni ingin menghirup napas dengan damai, bisa sekolah sampai lulus, dan bisa kerja dengan baik tanpa harus dikucilkan karena orientasi seksual dan identitas gendernya. "Cuma sesederhana itu," tukasnya.

Sponsored
Berita Lainnya
×
tekid