sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Keluarga: Erwan dan Erwin ditembak saat halangi polisi nakal

KontraS mendesak Polda Sumsel menyelidiki penembakan terhadap kedua warga Desa Tangga Rasa itu.

Achmad Al Fiqri
Achmad Al Fiqri Selasa, 27 Agst 2019 17:29 WIB
Keluarga: Erwan dan Erwin ditembak saat halangi polisi nakal

Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) mendesak Kapolda Sumatera Selatan (Sumsel) mendisiplinkan jajaran kepolisian yang diduga bertindak sewenang-wenang dalam kasus penembakan Erwan dan Erwin, warga Desa Tangga Rasa, Kecamatan Sikap Dalam, Kabupaten Empat Lawang, Sumatera Selatan. 

"Kami mendesak Kapolda Sumatera Selatan untuk melakukan penyelidikan dan penyidikan atas dugaan adanya dugaan pelanggaran hukum berupa penembakan sewenang-wenang terhadap warga dan dugaan praktik pungli," kata aktivis KontraS Andi Muhammad Rezaldy di kantornya di Jakarta Pusat, Selasa (27/8). 

Duduk perkara penembakan terhadap Erwan dan Erwin dijelaskan oleh paman mereka, Syarifuddin. Menurut dia, peristiwa bermula saat kedua keponakannya sedang menjalankan tugas mengamankan proyek penambangan batu kerikil di Sungai Air Deras, Empat Lawang. 

Ketika itu, Erwan dan Erwin tengah berkunjung ke rumah Irianto, salah seorang warga yang bertugas menjaga alat berat proyek tersebut. Setiba di rumah Irianto, Erwan dan Erwin mendapati ada empat petugas kepolisian tengah 'berkunjung', yakni Kanit Reskrim Polsek Ulu Musi, Ipda Arsan Fajri, Bripka Darmawan, Bripka Teja Apriaga, serta Briptu Agus.

"Maksud kedatangan petugas polisi tersebut diduga keras ingin bertemu pelaksana tugas proyek guna meminta sejumlah uang. Perlu diketahui, tindakan pungli ini tidak hanya terjadi sekali saja," ucap Syarifuddin.

Namun, Irianto sedang tidak berada di tempat. Kesal, salah seorang polisi mencoba mengambil jeriken yang berisi solar. Erwan dan Erwin berusaha mencegah. "Setelah itu, tiba-tiba polisi merangkul leher korban dan melakukan penembakan ke arah perut korban," ujar Syafruddin.

Mendengar suara tembakan, warga setempat langsung berkumpul. Bentrok pun terjadi antara warga dan keempat polisi. Akibatnya, dua polisi luka-luka dan dua lainnya melarikan diri. "Kemudian warga sekitar langsung membawa tiga korban penembakan polisi ke RSUD Tebing Tinggi," ucap dia.

Setelah itu, Syafruddin menuturkan, sekitar 30 kerabat Erwan dan Erwin berangkat untuk membesuk di RSUD Tebing Tinggi. Namun, mereka diadang oleh aparat kepolisian dari jajaran Polres Empat Lawang. Bentrok pun terjadi lagi. 

Sponsored

Dalam bentrok kali itu, tiga warga tertembak dan sembilan lainnya mengalami luka-luka. Syafruddin pun ikut 'dihajar' polisi. "Saya ditahan, enggak boleh masuk. Ketika saya paksa masuk hingga di depan ruang IGD. Saya dipukul pada bagian leher," ungkapnya.

Akibat kericuhan tersebut, kepolisian langsung mengamankan 14 warga ke Polda Sumatera Selatan. Menurut Syafruddin, mereka kini telah ditetapkan sebagai tersangka kericuhan. 

"Yang dituduhkan bahwa penyerangan itu tidak ada. Tidak ada niatan sama sekali kami menyerang polisi. Kami hanya ingin menjenguk kan," ungkap Syafruddin.

Agus Suryo, warga Desa Tangga Rasa membenarkan adanya peristiwa penangkapan terhadap belasan warga. Menurut dia, hingga kini pihak keluarga dilarang menjenguk warga yang ditahan oleh kepolisian di Polda Sumsel. "Bahkan untuk membesuk saat Iduladha pun tidak bisa. Warga sangat resah dengan tindakan tersebut," ujar dia. 

Rezaldy mengatakan, KontraS berencana akan mengadukan kasus tersebut ke Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) dan Ombudsman RI. Selain itu, KontraS juga mendesak Kapolda Sumsel mengevaluasi perilaku anak buahnya. 

"Termasuk pertanggungjawaban setiap anggota (kepolisian) setelah menggunakan senjata tersebut agar tidak mudah disalahgunakan dan menghindari terulang kembali peristiwa serupa," ujar Rezaldy.

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid