sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Kemampuan tak merata, ada potensi coronavirus luput terdeteksi di Indonesia

Tak semua lembaga, universitas, atau rumah sakit di Indonesia memiliki kemampuan mendeteksi coronavirus.

Annisa Saumi
Annisa Saumi Minggu, 01 Mar 2020 13:36 WIB
Kemampuan tak merata, ada potensi coronavirus luput terdeteksi di Indonesia

Lembaga Biologi Molekuler Eijkman atau Lembaga Eijkman memastikan Indonesia memiliki kemampuan untuk mendeteksi coronavirus. Hanya saja, kemampuan ini tak dimiliki secara merata di seluruh lembaga kesehatan.

"Kita punya kemampuan deteksi. Tapi, apakah kemampuan ini merata di semua lembaga, universitas, atau rumah sakit, jawabannya tidak," kata pakar virus Lembaga Eijkman Herawati Sudoyo, di Jakarta, Minggu (1/3).

Menurutnya, hal ini membuka kemungkinan luputnya pendeteksian coronavirus di tanah air. Jika Indonesia melakukan lebih banyak pemeriksaan daripada yang dilakukan saat ini, kata dia, kemungkinan temuan kasus positif virus dengan nama resmi COVID-19 ini bisa terjadi.

"Bukannya kita ingin mendapatkan kasus positif, tapi agar kita lebih bersiap," ujar Herawati.

Herawati mencontohkan, Korea Selatan dengan kemampuan otomatisasinya, mampu memeriksa lebih banyak orang dan banyak mendapatkan kasus positif covid-19. Untuk diketahui, dari data WHO per 28 Februari 2020, telah ada 3.150 kasus covid-19 yang terdeteksi di Korea Selatan.

Herawati pun mengatakan, pemerintah perlu menggandeng berbagai lembaga dengan kemampuan deteksi coronavirus yang mumpuni. Apalagi, proses deteksi coronavirus di Indonesia masih membutuhkan waktu tiga hari, lebih lama dari negara-negara lain. 

"Karena penyakit ini (covid-19) aneh sekali, yang tak memiliki gejala itu bisa positif, dan kalau begitu dia jadi sumber penularan. Banyak kasus yang perginya ke arah situ," katanya.

Nihilnya kasus coronavirus di Indonesia menjadi perhatian dunia internasional. Hal ini memunculkan dugaan Indonesia tak mampu melakukan deteksi akurat keberadaan virus ini.

Sponsored

Bahkan studi yang dilakukan sekelompok peneliti Universitas Harvard, Amerika Serikat, menyebut adanya kemungkinan kasus coronavirus yang tak terdeteksi di Indonesia. 

Hingga Minggu (1/3), terdapat total 86.529 kasus secara global. Dari jumlah tersebut 2.979 pasien meninggal dunia, sementara 41.958 orang lainnya dinyatakan sembuh. 

Berita Lainnya
×
tekid