sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Kemendikbud akan kembangkan SDM unggul melalui pelajar Pancasila

SDM unggul adalah pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai nilai-nilai Pancasila.

Silvia Ng
Silvia Ng Jumat, 06 Agst 2021 20:58 WIB
Kemendikbud akan kembangkan SDM unggul melalui pelajar Pancasila

Plt. Kepala Pusat Penguatan Karakter, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek), Hendarman, menyatakan, visi pendidikan yang diusung pihaknya adalah mewujudukan Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian melalui terciptanya pelajar Pancasila yang bernalar kritis, kreatif, mandiri, beriman, bertakwa kepada Tuhan YME dan berakhlak mulia, bergotong royong, dan berkebinekaan global.

“Pelajar Pancasila ini akan menjadi penciri nantinya karena di kementerian dan kita di Indonesia dengan tugasnya dari Kemendikbud Ristek harus menghasilkan sumber daya manusia (SDM) unggul,” katanya dalam webinar, Jumat (6/8).

SDM unggul, terangnya, adalah pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai nilai-nilai Pancasila. Ini semua tercatat dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 22 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis (Renstra) Kemendikbud.

Hendarman menjelaskan, karakter pelajar Pancasila ditegakkan sejak sekolah dasar (SD) karena masa-masa itulah merupakan saat-saat penting dan juga menjadi tonggak yang dapat menentukan nasib anak-anak di masa depan.

Adapun elemen beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, mencita-citakan terbentuknya pelajar yang memahami ajaran agama dan kepercayaannya serta menerapkan pemahaman tersebut dalam kehidupan sehari-hari. “Ini merupakan suatu hal yang menjadi tantangan kita pada masa-masa sekarang,” jelasnya.

Sedangkan berkebinekaan global berarti pelajar berpikiran terbuka dalam berinteraksi dengan budaya lain sehingga menumbuhkan rasa saling menghargai dan memungkinkan terbentuknya budaya baru yang positif dan tak bertentangan dengan budaya luhur bangsa.

"Karena suatu saat bukan tidak mungkin anak-anak kita mendapat kesempatan belajar di luar negeri, bekerja di luar negeri. Tentunya kita berharap anak-anak kita sudah siap," ucapnya.

Sementara elemen gotong royong berarti pelajar melakukan kegiatan secara bersama-sama dengan suka rela agar kegiatan berjalan lancar, mudah, dan ringan. Hendarman menyebutkan, inti dari gotong royong adalah dapat berkolaborasi, memiliki kepedulian, dan dapat berbagi.

Sponsored

Elemen selanjutnya, mandiri. Ia mengharuskan pelajar bertanggung jawab atas proses dan hasil belajarnya. Karenanya, mereka diharapkan memiliki kesadaran diri dan situasi yang dihadapi serta dapat melakukan regulasi diri, seperti mengatur pikiran, perasaan, dan perilaku dirinya untuk mencapai tujuan belajarnya.

Selanjutnya, bernalar kritis. Pelajar kritis mampu memproses informasi baik kualitatif maupun kuantitatif, membangun keterkaitan antara berbagai informasi, menganalisis informasi, mengevaluasi, dan menyimpulkannya.

"Jadi, kita harus bisa mengajak anak-anak kita untuk memilah dan memilih informasi itu yang benar atau yang salah. Kemudian, kita (orang tua), mampu mengaitkan mengapa itu benar, mengapa itu hoaks,” ujarnya.

Terakhir, kreatif. Pelajar diharapkan mampu memodifikasi dan menghasilkan sesuatu yang orisinal, bermakna, bermanfaat, dan berdampak. Hendarman mengimbau orang tua dan guru belajar teknologi guna mengimbangi kemampuan anak sehingga tidak terjadi kesenjangan.

"Ini juga Mas Nadiem mengatakan, jadi pelajar Pancasila itu harus banyak tanya, banyak coba, banyak karya. Jadi, ini juga yang harus kita biasakan. Ini bagian dari pembudayaan karakter," pungkas Hendarman.

Berita Lainnya
×
tekid