sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Kemendikbud tegaskan PTM tetap patuhi protokol kesehatan

Pembelajaran tatap muka dapat dilaksanakan dengan pertimbangan kondisi yang ditentukan oleh keputusan stakeholder.

Firda Junita
Firda Junita Senin, 07 Des 2020 21:34 WIB
Kemendikbud tegaskan PTM  tetap patuhi protokol kesehatan

Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Pendidikan Dasar Rachmadi Widdiharto menjelaskan alasan rencana Pembelajaran Tatap Muka (PTM).

"Pertama bertambahnya anak-anak yang terancam putus sekolah karena harus bekerja lantaran kondisi ekonomi tidak berjalan. Kedua, hal-hal yang kurang mendukung tumbuh kembang anak selama Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) seperti, wilayah yang belum terjangkau akses internet. 
Ketiga, kondisi psikologi sosial keluarga dan anak seperti, stres, kecemasan, dan bullying," papar dia  dalam webinar yang bertajuk Dukungan Keluarga dalam Pembukaan Sekolah dalam Melaksanakan PTM, Senin (7/12).

Fenomena tersebut menjadi keprihatinan tentang kondisi pendidikan. Itulah sebabnya, untuk mengantisipasi memburuknya hal seperti itu ke depannya, pemerintah berencana melakukan PTM pada semester genap nanti dengan mematuhi protokol kesehatan.

Rachamadi menyebutkan beberapa poin penting dalam melaksanakan PTM. Pertama, wajib mematuhi protokol kesehatan. Kedua, wajib menyediakaan sarana dan prasarana pendukung. Ketiga, wajib menanamkan kebiasaan baru kepada peserta didik.

Di mana sekolah bekerja sama dengan pemerintah daerah setempat dan satgas penanganan Covid terkait memastikan sarana dan prasarana yang ada dan maksimal daya tampung siswa 50%. Kondisi ini harus disikapi dengan bijak dan lebih berhati-hati serta waspada. Kesehatan peserta didik tetap yang terpenting.

Kemudian, PTM tidak bisa dilakukan jika orang tua keberatan. Pembelajaran tatap muka dapat dilaksanakan dengan pertimbangan kondisi yang ditentukan oleh keputusan stakeholder di lingkungan terkait, untuk memastikan pelaksanaan PTM sesuai dengan peraturan protokol kesehatan yang berlaku. 

Dalam kesempatan yang sama, Pegiat Psikologi Pendidikan dan Konselor Keluarga, Nana Maznah mengatakan, sedikit orang tua yang memberikan edukasi terkait pentingnya pembelajaran pada era kebiasaan baru.

Padahal hal itu perlu disampaikan terus menerus kepada anak secara berulang, sehingga terekam dalam memori. Hingga pada saat berinteraksi dengan banyak orang, anak tahu apa yang harus dilakukan.

Sponsored

Selanjutnya, Nana menyampaikan, orang tua dan guru wajib mengedukasi siswa tentang pembelajaran new normal, misalnya apa yang perlu dibatasi saat berhubungan dengan temannya.

“Itu juga membantu anak agar tidak canggung dalam mematuhi protokol kesehatan. Selain itu, penting untuk mengingatkan anak tentang bahaya Covid-19 dengan sebab akibat. Contohnya, Covid itu menular, bisa mengenai diri, orang tua, dan menyebabkan penyebaran semakin luas,” katanya.

Kemudian, orang tua harus tetap tenang dan menghindari kecemasan berlebihan. Saat orang tua cemas, anak juga akan cemas. Menurut Nana, emosi orang tua memengaruhi emosi anaknya. 
Selain itu, melatih keterampilan dasar hidup di era new normal. Kemampuan beradaptasi dan menunjukkan perilaku positif ini membantu individu menghadapi tuntutan sehari-hari.

Di sisi lain, Ketua KPAI Susanto meyebutkan beberapa hal terkait situasi orang tua di masa pandemi menurut sudut pandangnya yang juga selaku orang tua.

Saat ini, situasi orang tua setidaknya dikategorikan dalam tiga kelompok yang sebenarnya sangat banyak dan kompleks. Pertama, multibeban. Orang tua memiliki beban untuk bekerja, mendampingi anak belajar, mengasuh anak, dan aktifitas sosial lainnya. Kedua, pada situasi yang tidak menentu karena pandemi, banyak orang tua yang terdampak secara ekonomi. Ketiga, kondisi-psikososial, banyak orang tua yang merasa bosan, tak nyaman, sehingga rentan mengalami tekanan mental yang berdampak terhadap melemahnya kualitas pengasuhan.

“Contohnya, ketika orang tua mengalami PHK secara ekonomi tidak mampu, maka tidak memungkinkan untuk bertahan hidup untuk anak-anaknya dan hal itu sering kali memengaruhi kualitas pengasuhan,” jelasnya.

Susanto menambahkan, dalam pembukaan pembelajatan tatap muka, orang tua harus menjadi mitra dan kontrol sekolah, misalnya dengan memberi masukan dan saran kepada sekolah terkait sarana dan prasarana yang mendukung PTM.

“Selain itu, orang tua juga berperan sebagai pendamping anak dalam belajar. Bukan hanya belajar soal materi substantif, tetapi juga belajar terkair hal yang protokoler, contohnya protokol kesehatan. Orang tua juga harus menjadi teladan dalam menjalani protokol kesehatan. Kemudian, tak kalah penting, orang tua mendukung kesehatan mental anak,” pungkasnya.
 

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid