sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Kendala distribusi vaksin, Indonesia sulit capai herd immunity

Kendala distribusi semakin kentara dengan kondisi geografis Indonesia yang berpulau-pulau. 

Manda Firmansyah
Manda Firmansyah Rabu, 17 Mar 2021 14:40 WIB
Kendala distribusi vaksin, Indonesia sulit capai herd immunity

Direktur Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman, Amin Soebandrio, mengungkapkan, berbagai kendala mencapai kekebalan kelompok (herd immunity) dari segi ketersediaan vaksin Covid-19. Sebab, vaksin yang diterima Indonesia tidak dapat langsung digunakan.

"Ketika vaksin pertama (Sinovac) datang semuanya diberitakan dengan gegap gempita, tetapi tidak serta merta besoknya vaksin itu bisa available, kan. Ada proses disimpan dulu dari Jakarta ke Bandung (PT Biofarma). Dari Bandung dikirim lagi ke kota-kota lain. Ada proses storage and distribution yang ternyata tidak terlalu mulus," ucapnya dalam diskusi Forum Alinea.id ‘Peta Jalan Menuju Herd Immunity’, Rabu (17/3).

Kendala distribusi semakin kentara ketika mengamati kondisi geografis Indonesia yang berpulau-pulau. Apalagi, banyak daerah yang cukup sulit untuk dijangkau.

"Saya selalu membandingkan dengan ketika masa pemilu dulu Pilpres 2019. Bagaimana petugas-petugas itu membawa kotak-kota suara, satu persatu naik sepeda motor, naik perahu, kemudian ada yang digendong dengan menyeberang sungai. Itu menggambarkan bagaimana sulitnya medan kita," tutur Amin.

Kedua, terkait rantai dingin (proses menjaga suhu vaksin dalam kondisi idealnya agar kualitas terjaga sampai pelaksanaan vaksinasi) selama distribusi. Sebab, setiap merek vaksin Covid-19 membutuhkan penyimpangan dalam kulkas dengan suhu berbeda-beda. 

"Suatu hal yang kami pertimbangkan, apakah vaksin itu bisa sampai di tempat penyuntikan dengan selamat," ujar Amin.

Ketiga, terkait kadaluarsa vaksin Covid-19. Masa kadaluarsa berbagai vaksin tidak terlalu panjang. Padahal, distribusi vaksin membutuhkan waktu. Terlebih, jarak antara dosis pertama dan kedua juga 2-4 minggu. "Jadi, kekhawatiran nanti khusus yang berikutnya, jika tidak ada suplai baru itu bisa-bisa mendapatkan kadaluarsa. Padahal, disarankan dosis pertama dan kedua harus menggunakan merek yang sama," ucapnya.

Keempat, kendala prioritas penerima vaksin Covid-19. Target penyuntikan 1 juta per hari masih cukup jauh saat ini. Kelima, pemborosan akibat pelaksanaan vaksinasi tidak mencapai target tertentu, sebagaimana telah diperhitungkan sesuai ketersediaan. 

Sponsored

Misalnya, disebabkan calon penerima vaksin Covid-19 yang terdaftar tidak hadir. Di sisi lain, masih banyak orang masih meragukan dan menolak divaksin. 

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid