sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Klarifikasi Rocky Gerung soal kitab suci adalah fiksi

Pernyataan Rocky Gerung terkait kitab suci adalah fiksi pada sebuah acara televisi menjadi kontroversi di masyarakat.

Bima Yairiba
Bima Yairiba Rabu, 25 Apr 2018 18:57 WIB
Klarifikasi Rocky Gerung soal kitab suci adalah fiksi

Pernyataan Rocky Gerung terkait kitab suci adalah fiksi pada sebuah acara televisi menjadi kontroversi di masyarakat, hingga dia dilaporkan ke Polda Metro Jaya.

Pengamat sekaligus mantan akademisi Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Indonesia Rocky Gerung memberikan klarifikasi terhadap argumennya tentang kitab suci yang dinilai sebagian kalangan telah menistakan agama. Klarifikasi tersebut disampaikannya dalam konferensi pers bertajuk "Maklumat Akal Sehat" pada Rabu (25/4), di cafe De Panna, Menteng, Jakarta Pusat.

Mantan Dosen Filsafat Universitas Indonesia itu menjelaskan bahwa terdapat kesalahpahaman atas argumentasinya yang mengatakan bahwa kitab suci itu fiksi. Sebab, yang dimaksud oleh Peneliti Perhimpunan Pendidikan Demokrasi (P2D) itu adalah daya imajinatif yang mampu dihasilkan oleh kitab suci.

Bagi Rocky, kitab suci selalu berorientasi ke hari akhir, yang menuntut daya imajinatif (fiksional) seseorang. Dengan demikian, daya imajinasi yang dihasilkan oleh setiap orang mengenai sesuatu yang diterangkan dalam kitab suci seperti bagaimana surga dan neraka, akan menimbulkan daya imajinasi yang berbeda.

"Kitab suci sebagai suatu istilah selalu berorientasi ke akhirat, ke hari akhir, ke langit, dan itu digerakkan oleh kemampuan fiksional kita. Saya enggak bisa membayangkan surga dan neraka seperti anak sekarang membayangkan itu. Apalagi generasi ke depan, karena seluruh kemampuan dia berimajinasi akan diaktifkan untuk menerangakan jika ditanya tentang surga dan neraka," ujar pria kelahiran Manado tersebut.

Dalam kesempatan itu, Rocky mengatakan dirinya tidak menista agama. Sebab, dirinya tidak mengucapkan satu kalimat spesifik tentang agama atau kitab tertentu. 

"Apa yang saya nistakan? Bahkan, saya tidak mengucapkan nama kitab. Waktu saya terangkan itu, dalam upaya untuk menerangkan apa makna fiksi di dalam literatur yang diucapkan oleh Pak Prabowo. Di dalam imajinasi orang, fiksinya lain. Karena itu saya musti kasih contoh, sengaja saya ambil contoh kitab suci," ucapnya saat ditanya oleh wartawan.

Rocky juga mengingatkan kepada para penegak hukum agar tidak membuang-buang waktu dan tenaga untuk menyelesaikan kasus yang menurutnya sendiri adalah "fiksi". Dalam kesempatan itu, konferensi pers dihadiri juga oleh Haris Azhar, sejarahwan J.J. Rizal, akademisi Robertus Robert, dan H.S Dillon, sebagai wujud dukungan mereka terhadap Rocky terkait maklumat tersebut.

Sponsored
Berita Lainnya
×
tekid