sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Korban gempa kesulitan air bersih

Sejumlah warga yang tinggal di perbukitan Lombok Utara, NTB, terpaksa harus mencari air ke mata air yang berjarak sekitar 10 kilometer.

Hermansah
Hermansah Jumat, 10 Agst 2018 15:01 WIB
Korban gempa kesulitan air bersih

Sejumlah warga yang tinggal di perbukitan Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, terpaksa harus mencari air ke mata air yang berjarak sekitar 10 kilometer setelah aliran sungai di wilayahnya tertimbun longsoran tanah pascagempa 7,2 SR.

Warga dengan membawa jerigen dan naik truk, ke mata air Mumbul Sari yang tepat berada di pinggir jalan yang menghubungkan dua kecamatan di Lombok Utara, Keyangan dan Bayan.

Ada satu dusun yang sengaja meminjam tangki air ukuran 5.100 liter dari salah seorang warga, sedangkan air untuk memasak ditampung di jerigen. Mereka pun yang terdiri dari anak muda dan anak-anak sengaja mandi terlebih dahulu sebelum kembali ke rumahnya yang berada di atas bukit.

"Biasanya dalam satu hari sejak gempa 7 SR, kami dua kali turun ke bawah. Kami memanfaatkan untuk mandi dan mengambil air untuk minum di tempat yang terpisah," kata warga Dusun Dompo Indah, Sahari 

Warga Dompo Indah lainnya, Sahabuddin Effendi, menyebutkan, kondisi sungai di dekat dusunnya sudah kering sama sekali akibat aliran airnya terputus longsoran tanah.

"Jika kita naik ke hulu dan turun ke sungai juga, sangat berbahaya karena tanah masih labil," katanya.

Ia berharap pemerintah segera mengatasi longsoran tanah yang menimbun aliran sungai. Paling utama bantuan itu adalah air untuk kebutuhan sehari-hari.

Kondisi sulitnya air itu bukan hanya di dusun mereka saja, namun juga di dusun lainnya yang berada di Desa Selengen, Kecamatan Kayangan. "Air di sungai dusun kami itu, berasal dari Danau Segara Anakan, Gunung Rinjani," katanya.

Sponsored

Memang dapat dikatakan, wilayah Desa Selengen termasuk paling parah akibat gempa berkekuatan 7 SR. Untuk di Dusun Dompo Indah sekitar 100 rumah roboh. "Sampai sekarang ada empat warga yang masih tertimbun rumah," tambahnya.

Saat ini, kata dia, tim pencari korban masih berusaha mencari keempat warga yang tertimbun bangunan roboh.

Sementara Pemerintah Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, mencatat jumlah korban meninggal dunia akibat gempa bumi susulan 6,2 skala richter (SR) pada Kamis (9/8) siang, sebanyak lima orang.

"Dengan demikian, total korban gempa bumi di Kota Mataram tercatat sebanyak 11 orang," kata Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Mataram H Effendi Eko Saswito di Mataram, Jumat.

Berdasarkan data dari posko penanganan bencana pemerintah kota menyebutkan, sebanyak lima orang korban meninggal dunia akibat gempa susulan itu adalah, Erna Wati (47) dari Lingkungan Karang Baru, meninggal karena tertimpa bangunan kanopi, Hj Maemunah (70) dari Lingkungan Tembelok dan Ni Luh Renpi dari Lingkungan Dasan Sari meninggal karena serangan jantung. "Hj Maemunah dan Ni Luh Renpi ini mengalami syok karena gempa susulan 6,2 SR," ujarnya.

Sementara dua korban lainnya, yakni, Anisa (70) dari Lingkungan Pengempel dan Zulhadi (35) dari Lingkungan Dasan Sari meninggal karena tertimpa tembok.

Pemerintah kota, tetap akan memberikan santunan bela sungkawa bagi keluarga korban yang ditinggalkan seperti halnya enam korban gempa bumi 7,0 SR.

Gempa susulan pada 6,2 SR juga menyebabkan terjadinya peningkatan terhadap jumlah pengungsi di Kota Mataram hingga lebih 50%. Di mana dari 39.000 jiwa lebih, menjadi 66.674 jiwa, para pengungsi ini sebagian karena rumahnya rusak, tetapi rata-rata warga yang mengungsi karena mereka tidak berani kembali ke rumah pascagempa.

"Tetapi memang kita juga mengimbau masyarakat untuk tidak berada di dalam rumah, jadi mau tidak mau mereka berada di luar rumah," katanya.

Menurutnya, pengungsi yang ada di Kota Mataram bukan pengungsi permanen seperti kasus-kasus seperti korban gempa bumi di Kabupaten Lombok Utara, karena bangunan rumah mereka dan fasilitas umum runtuh total.

"Kalau pengungsi di Mataram hanya untuk penyelamatan sementara, sehingga jumlah pengungsi di malam hari meningkat signifikan," katanya.

Sumber: Antara

Berita Lainnya
×
tekid