sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

KPAI minta Pembelajaran Jarak Jauh fase 2 diperbaiki

KPAI mendorong adanya perbaikan dalam pembelajaran jarak jauh fase kedua

Manda Firmansyah
Manda Firmansyah Jumat, 24 Jul 2020 08:29 WIB
KPAI minta Pembelajaran Jarak Jauh fase 2 diperbaiki

Hasil survei pembelajaran jarak jauh (PJJ) Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyatakan sebesar 76,7% siswa tidak sedang belajar dari rumah. Oleh karena itu, KPAI mendorong adanya perbaikan dalam PJJ fase kedua selama enam bulan ke depan agar anak-anak dapat belajar dalam kondisi bahagia.

KPAI menilai PJJ fase pertama tidak efektif/efisien, bias kelas sosial-ekonomi, bias perkotaan/perdesaan, dan bias Jawa/luar Jawa. PJJ juga sarat masalah teknis, seperti jaringan internet hingga ketidakmampuan keluarga peserta didik membeli kuota internet.

“Jika PJJ diperpanjang, namun tanpa perbaikan dan dukungan internet negara, maka hal ini akan berpotensi meningkatkan stres pada anak yang berdampak pada masalah psikologi anak-anak,” ujar Komisioner KPAI Bidang Pendidikan Retno Listyarti dalam keterangan tertulis, Jumat (24/7).

Tahun Ajaran Baru 2020/2021 kali ini tidak ada riuh kegiatan masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS) bagi siswa baru. Juga tiada suka cita membeli seragam dan perlengkapan sekolah baru, tetapi berhadapan dengan keputusan SKB empat menteri terkait PJJ yang sangat dilematis.

Retno menyayangkan, PJJ fase pertama belum dievaluasi. Padahal, data menunjukkan anak-anak tertekan. Meski telah ada Surat Edaran (SE) Mendikbud Nomor 4 Tahun 2020, tetapi guru masih mengajar dengan mengejar ketercapaian kurikulum. Alasannya, berbagai keterabtasan, dari waktu hingga media pembelajaran. “Siswa kelelahan dan tertekan merupakan bentuk kekerasan juga,” ucapnya.

KPAI menerima pengaduan yang menggambarkan guru dan sekolah tetap mengejar ketercapaian kurikulum. Imbasnya, ada anak yang sampai di rawat di rumah sakit karena beratnya penugasan PJJ. Misalnya, seorang siswa SMAN di DKI Jakarta yang mengalami kelelahan dan stres karena mengerjakan berbagai tugas sekolah. Baginya, tugas mata pelajaran kimia paling memberatkan, tetapi harus segera dituntaskan segera. Bukannya selesai, ia pun malah jatuh sakit dan dilarikan ke instalasi gawat darurat (IGD).

Terdapat pula siswa tidak naik kelas karena bisa mengikuti PJJ. Bahkan, ada siswa yang tidak naik kelas karena tidak bisa ikut ujian daring.

“Yang paling parah adalah anak-anak berkebutuhan khusus nyaris tidak terlayani pendidikan,” tutur Retno.

Sponsored

KPAI meminta guru bimbingan konseling membantu psikologi siswanya. Misalnya, dengan menampung curhat dan melayani kebingungan siswanya. Di sisi lain, para orang tua murid harus memiliki kepekaan terhadap kondisi psikologis anak. Para orang tua diharuskan menempatkan diri sebagai kawan bagi anak. Jika pengasuhan keluarga tidak berjalan ideal, maka orang tua justru menjadi sumber masalah psiklogis anak. Kala pandemi Covid-19, teman dekat dan wali kelas anak bisa pula jadi alternatif menumpahkan keluh kesah agar anak bisa terhindar dari masalah psikologis.

Berita Lainnya
×
tekid