sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Luncurkan otobiografi, Syarif tak ingin jadi beban sejarah

Syarif mengaku sangat bersahabat dengan mantan Gubernur DKI, Ahok. Meskipun, sering berbeda pendapat.

Achmad Rizki
Achmad Rizki Jumat, 16 Okt 2020 01:52 WIB
Luncurkan otobiografi, Syarif tak ingin jadi beban sejarah

Anggota Fraksi Gerindra DPRD DKI Syarif meluncurkan buku autobiografi di Hotel Aryaduta, Jakarta Pusat pada Rabu (14/10) malam. Dalam acara itu hadir Gubernur DKI Anies Baswedan, Wakil Gubernur DKI Ahmad Riza Patria, Wakil Ketua DPRD DKI Mohamad Taufik.

Awal sambutan, Syarif mengaku, banyak yang bertanya soal judul bukunya, yaitu 'Tangis Tawa Senyum Catatan Aktivis Tanpa Angkatan'. Dia menginginkan, selama hidupnya tidak memiliki beban sejarah seperti halnya aktivis 1998, yang kini banyak mengemban amanah sebagai pejabat negara.

"Buku ini judulnya banyak orang bertanya maksudnya apa? Maksudnya, adalah ketika saya menulis, saya tidak ingin menjadi beban sejarah. Saya bukan angkatan 1998, angkatan 1990 juga bukan dan angkatan 1995 juga bukan," kata Syarif dalam keterangan tertulisnya, Kamis (15/10).

Ketika lulus kuliah di IAIN Jakarta 1996, Syarif mengaku, masih demo supaya menyalurkan aspirasi. "Jadi, saya tidak ingin menanggung beban sejarah yang saat ini pentolan-pentolan aktivis 1998 menjadi pejabat, karena itu saya ingin menyebut diri saya sebagai aktivis tanpa angkatan," jelasnya.

Syarif juga menyinggung, mengenai judul bukunya dengan tiga kata sifat yaitu Tangis Tawa Senyum. Dia berharap, ketiga kata itu dapat diperoleh selama di dunia hingga akhir hayatnya.

"Ketika saya lahir, kemudian orangtua saya tertawa. Dan di akhir hayat saya harapkan terbalik, orang lain menangis dan saya tersenyum. Di tengah perjalanan itu saya ingin meraih ketiganya, kira-kira begitu," katanya.

Syarif mengatakan, buku yang dia tulis ini juga mengulas soal perjalanan hidupnya selama menjadi anggota DPRD DKI sejak 2014. Terutama mengenai kebijakan gubernur saat itu, yakni Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.

"Harusnya sahabat kita hadir, tapi karena berhalangan jadi dia nggak hadir dan menitipkan salam untuk pak Anies dari Ahok," ucap dia.

Sponsored

Dalam kesempatan itu, Syarif mengenang, ada beberapa kebijakan Ahok yang membuatnya menangis hingga menimbulkan kritik dari berbagai pihak. Salah satu kebijakan yang paling dia ingat adalah rencana Ahok untuk membubarkan angkatan Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) di tubuh Pemprov DKI.

Kebijakan itu membuat sejumlah aparatur sipil negara (ASN) jebolan IPDN yang mengeluh, hingga mendatangi ruang kerjanya. "Kebijakan Ahok itu istilahnya kebijakan bangun tidur. Jadi, setelah bangun tidur langsung bikim kebijakan, sehingga banyak orang yang tersakiti," ungkapnya.

Gubernur DKI Anies Baswesdan mengapresiasi, buku autobiografi yang dibuat Syarif. Kata dia, banyak kisah yang selama ini tidak terungkap masyarakat, namun dengan buku ini menjadi tahu.

"Perjalanan Syarif luar biasa. Tulisan ini yang namanya autobiografi, usia 50 separuh jalan. Saya ketika tahu Pak Syarif bikin autobiografi, biasanya orang yang banyak masa launya menulis biografi. Pak Syarif banyak masa depannya, tapi menulis biografi," kata Anies.

"Banyak sekali kejadian-kejadjan yang tidak diketahui publik. Tapi bagi kita semua, penulisan buku perjalanan aktivis Syarif ini, dapat ambil pengalaman," tambahnya.

Berita Lainnya
×
tekid