sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Manajemen lapas bobrok, reformasi harga mati

Ancaman beberapa aksi teror di Indonesia menunjukkan, lemahnya kemampuan manajemen lapas dalam mengontrol narapidana.

Robi Ardianto
Robi Ardianto Kamis, 10 Mei 2018 16:14 WIB
Manajemen lapas bobrok, reformasi harga mati

Ancaman beberapa aksi teror di Indonesia menunjukkan, lemahnya kemampuan lapas dalam mengontrol narapidana, sehingga rentan dimanfaatkan untuk memproduksi ketakutan massa.

Pengamat Terorisme Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Zaki Mubarok mengatakan, kondisi lapas hingga saat ini masih memprihatinkan, terutama masih lemahnya kontrol terhadap napiter. Sebagai contoh di Lapas Nusakambangan, napiter bahkan bisa merancang bom bunuh diri dan diledakkan di Kampung Melayu dan dan Thamrin. Semua aksi dilakukan melalui perencanaan sistematis dari balik sel.

Dengan modus menjenguk, para pimpinan Jamaah Ansharut daulah (JAD) dari beberapa wilayah seperti Maluku, Poso, Banten, Jawa Barat, dan lainnya bertemu dedengkot teror yang ditahan di Nusakambangan Aman Abdurahman. Mestinya pengunjung napiter seperti itu, imbuhnya, hanya dibatasi bagi keluarga inti seperti istri dan anak.

“Tapi kenyaataannya sampai 2017 silam, siapapun bisa menjenguk, bahkan beberapa pelaku bom bunuh diri dan teror ikut menjenguk sebelum mereka melakukan aksinya tersebut,” katanya kepada Alinea, Rabu (10/5).

Hal tersebut seharusnya menjadi perhatian serius dari pemerintah dan stakeholder terkait untuk membenahi sistem dari kinerja lapas. Selama ini, kerjasama dari aparatur kepolisian, pihak lapas dan Kemenkumham sangat kurang, sehingga muncul kasus-kasus seperti itu.

Pada kasus penyerangan di Markas Komando Brimob, isu utama juga sebetulnya berkelindan dengan masalah pengamanan, sehingga napiter bisa melakukan aksinya. Contoh kecil saja, para napiter tersebut bisa memiliki ponsel di dalam lapas, bahkan mereka bisa memberikan tausiah-tausiahnya melalui ponsel.

Nah tidak mengherankan, jika di Mako Brimob tersebut ditemukan beberapa handphone. Bahkan kejadian di Mako Brimob beberapa waktu lalu, mereka bisa live di Instragram. Begitu pun saat pemeriksaan di Nusa Kambangan, banyak sekali ditemukan handphone di kamar teroris. Ini menunjukan, manajemen lapas sangat amburadul,” tegasnya.

Berkaca dari itulah, Kepolisian dan Kementerian terkait punya PR untuk mereformasi manajemen penjara untuk teroris.

Sponsored

Sungguh mengherankan, Lapas Brimob yang sangat ketat penjagaannya dan sangat protektif bisa terjadi hal-hal demikian. Bagaimana dengan lapas-lapas lainnya, sehingga sangat penting untuk merombak dan memperbarui manajemen lapas terutama pengelolaan napiter.

Selain itu, kejadian di Mako Brimob, Selasa malam (8/10), jadi pembuktian mereka masih tetap eksis. Terlebih lagi, pada Jumat besok, Aman Abdurahman yang merupakan pimpinan JAD akan dituntut di pengadilan.

Mereka masih ingin menunjukan eksistensi mereka dan memberikan sebuah peringatan, masih bisa menggulirkan ancaman teror, kendati beberapa pemimpin mereka ditangkap. Namun mereka masih bisa melakukan aksi bahkan di Markas Komando sekalipun.

“Jika di Markas Komando Brimob, bisa melakukan aksi seperti itu. Saya kira kapasitas mereka dil uar untuk melakukan aksi-aksi teror masih sangat besar,” katanya.

Berita Lainnya
×
tekid