sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Menanti solusi jitu atasi banjir di Jakarta

Selain macet, banjir merupakan masalah klasik yang kerap menghantui warga Jakarta bila curah hujan tinggi.

Akbar Persada Nanda Aria Putra Robertus Rony Setiawan
Akbar PersadaNanda Aria Putra | Robertus Rony Setiawan Senin, 29 Apr 2019 20:20 WIB
Menanti solusi jitu atasi banjir di Jakarta

Solusi Pemprov DKI

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan bersyukur, banjir di beberapa titik di Jakarta tak separah pada 2015. Saat itu, 230.000 warga terpaksa mengungsi. Anies melontarkan hal itu, dengan alasan warga yang mengungsi sejak Jumat (26/4), sudah kembali ke rumahnya masing-masing.

"Kemarin 1.600 orang (mengungsi), kenapa terjadi, karena volume air dari hulu tidak dikendalikan," ujarnya di Balai Kota Jakarta, Senin (29/4).

Anies menambahkan, berdasarkan laporan yang diterimanya, air di titik-titik banjir akibat luapan Sungai Ciliwung juga sudah surut. “Kini tinggal empat titik (banjir),” kata Anies. “Artinya, air surutnya sudah lebih cepat, dan masyarakat (terdampak) bisa kembali beraktivitas.”

Anies pun mengaku bisa bernapas lega lantaran kondisi air laut di hilir Sungai Ciliwung tak pasang, ketika Jakarta dilanda banjir kiriman dari hulu Sungai Ciliwung di Bogor, Jawa Barat.

"Tapi bila air dari hulu jumlahnya banyak, lalu air di laut pasang, maka Jakarta bisa terendam, dan Alhamdulillah kita kemarin terhindar dari itu," ujarnya.

Berdasarkan hal itu, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini menyimpulkan, banjir di Jakarta tak bisa tuntas hanya dengan metode normalisasi sungai di Jakarta. Usaha ini pun masih terkendala pembebasan lahan.

Dihubungi terpisah, Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Ciliwung dan Cisadane Bambang Hidayah mengatakan, saat ini pihaknya masih menunggu pembebasan lahan yang terus diupayakan Dinas Sumber Daya Air Pemprov DKI Jakarta.

Sponsored

Warga bersandar di jendela usai membersihkan rumahnya dari lumpur pascabanjir di kawasan Kelurahan Rawajati, Jakarta, Senin (29/4). /Antara Foto.

Bambang menuturkan, saat ini sudah mendapatkan data lahan seluas 14 hektare, yang sudah dibebaskan dan sedang dilakukan pendesainan di lapangan peruntukkannya.

“Nanti kita lihat space-nya dulu, yang sudah dibebaskan berapa meter lebarnya. Kalau cuma lebar 50 meter atau kurang dari 50 meter, akan sulit mendesain secara naturalisasi,” katanya saat dihubungi, Senin (29/4).

Lahan yang dibutuhkan seluas 14 hektare tersebut, ada di Kelurahan Gedong seluas 16.112 meter persegi, Kelurahan Balekambang seluas 37.768 meter persegi, Kelurahan Pejaten Timur seluas 71.936 meter persegi, Kelurahan Cililitan seluas 4.727 meter persegi, Kelurahan Cawang seluas 4.813 meter persegi, Kelurahan Kampung Melayu seluas 1.399 meter persegi, Kelurahan Tanjung Barat seluas 3.851 meter persegi, dan Kelurahan Bukit Duri seluas 75 meter persegi.

Menurut Anies, selain mengandalkan pembangunan dua bendungan besar di Sukamahi dan Ciawi, Bogor, yang tengah dibangun Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Pemprov DKI Jakarta juga terus menjalin kerja sama dengan Pemkab dan Pemkot Bogor.

Kerja sama itu dilakukan untuk memproyeksikan pembangunan waduk-waduk baru. Tujuannya, untuk mengendalikan air dari hulu menuju hilir Sungai Ciliwung.

"Dinas Sumber Daya Air sedang dalam proses pencarian tempat-tempat baru untuk pembangunan waduk-waduk atau kolam retensi," kata Anies.

Sejauh ini, kata Anies, rencana itu masih berjalan. Ia menuturkan, Wali Kota Bogor Bima Arya juga mendukung upaya pencarian lahan baru untuk membangun waduk-waduk pengendali debit air.

Dengan waduk atau kolam retensi itu, Anies meyakini banjir yang selalu menjadi masalah klasik ibu kota dapat teratasi dengan baik. Begitu pun banjir-banjir yang ada di kota penyangga Jakarta, seperti Bekasi dan Tangerang Selatan.

"Dan ini bukan untuk mencari siapa yang salah dan tidak, hulu tidak salah, tapi karena ini hujannya terjadi di hulu, maka kita Pemprov DKI bekerja sama dengan Pemda di sana," tutur Anies.

Berita Lainnya
×
tekid