sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Saat polisi, TNI, dan Satpol PP "berburu" Covid-19

Tim pemburu Covid-19 mulai rutin menggelar operasi penegakan protokol kesehatan di DKI Jakarta.

Ayu mumpuni Marselinus Gual
Ayu mumpuni | Marselinus Gual Jumat, 11 Des 2020 18:19 WIB
Saat polisi, TNI, dan Satpol PP

Ratusan orang memadati Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, Rabu (9/12) siang itu. Pengunjung berjubel hampir di setiap pintu masuk. Sebagian besar pengunjung mengenakan masker. Meski begitu, mereka berkerumun tanpa menghiraukan jarak aman satu meter.  

Di luar pasar, sekitar dua puluh petugas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol) DKI Jakarta menggelar patroli keliling. Mereka menegur dan menindak warga yang tidak memakai masker.

"Cegat-cegat itu. Tidak pakai masker. Bawa ke pinggir, catat namanya," teriak salah satu petugas Satpol PP tatkala melihat seorang pengemudi bajaj tidak mengenakan masker.

Pria itu bernama Iwan Siregar. Hari itu, dia bertugas sebagai koordinator lapangan. Suara Iwan semakin lantang manakala menyaksikan sejumlah pedagang kaki lima memadati trotoar di depan pintu masuk Stasiun Tanah Abang. 

Ia bahkan sempat bersitegang dengan seorang pria yang tidak mau dipindahkan. Diancam bakal disita barang dagangannya, pria tersebut akhirnya tak berkutik. Pria paruh baya itu pun beringsut dari hadapan petugas.

"Masih banyak warga yang menganggap Covid-19 ini tidak berbahaya," ujar Iwan saat berbincang dengan Alinea.id di sela-sela patroli siang itu.

Selain tugas rutin, Iwan saat ini tergabung dalam tim pemburu Covid-19 yang dibentuk Kapolda Metro Jaya, Irjen Fadil Imran. Tim itu dibentuk pekan lalu. Selain Satpol PP dan Polri, personelnya juga berasal dari TNI dan Pemprov DKI. 

"Kalau sehari-hari, kita di back-up TNI-Polri dengan jumlah yang terbatas. Kalau tim pemburu Covid-19, jumlahnya lebih besar. Kapasitas yang dibubarkan juga lebih besar," kata dia. 

Sponsored

Tim pemburu Covid-19, kata Iwan, biasanya beroperasi pada akhir pekan dan di malam hari. Tim biasanya berpatroli sejak sore hari dan menyebar lokasi-lokasi rawan kerumunan, semisal kawasan Bundaran HI, Monumen Nasional (Monas), Stasiun Tanah Abang dan pusat-pusat hiburan malam di DKI. 

"Jadi, ini bukan buru masyarakat, tapi agar masyarakat paham bahwa Covid-19 ini berbahaya. Bahwa kita bergerak agar membiasakan mereka pakai masker," jelas pria asal Medan, Sumatera Utara itu. 

Tim pemburu Covid-19 memiliki seragam khusus berwarna hijau. Saat beroperasi, tim dilengkapi alat perlindungan diri dan alat rapid test. Menurut Iwan, tim ini bergerak "memburu" warga para pelanggar protokol kesehatan setelah mendapatkan informasi dari masyarakat. 

"Ada kerumunan di situ, kita bergerak ke sana. Jadi, tim dibagi dua. Ada penjagaan, ada yang di gabungan. Kenapa? Agar ini berjalan maksimal semuanya," kata Iwan. 

Bagi Iwan, berpatroli di sekeliling Jakarta sudah tugas harian. Namun, berkeliling untuk "berburu" Covid-19 bikin ia parno.  Ia pun berharap, warga DKI lebih taat protokol kesehatan supaya tugas dia dan rekan-rekannya lebih ringan.

"Biar bagaimanapun, kami manusia biasa. Kami punya keluarga (dan) ada cemasnya juga. Tapi, karena tugas kita jalankan," katanya.

Total ada 17 tim pemburu Covid-19 yang dibentuk Polda Metro Jaya. Satpol PP terutama dilibatkan dalam patroli dan pembubaran kerumunan. Sebelumnya, Satpol PP juga terlibat dalam operasi yustisi yang digelar Polri selama pandemi. 

Menurut Kasatpol PP Jakarta Barat Tamo Sijabat, pembentukan tim pemburu Covid-19 mempermudah tugas mereka sehari-hari. Apalagi, personel TNI juga ikut serta menjadi anggota tim. 

"Lebih memperkuatlah tugas sehari-hari, memperbanyak anggota, dan mempertajam penindakan," kata Tamo saat dihubungi Alinea.id, Selasa (8/12).

Tidak ada syarat khusus bergabung dalam tim pemburu Covid-19. Menurut Tamo, anggota Satpol PP yang bergabung ialah mereka yang bertugas setiap hari sesuai jadwal masing-masing. "Kalau dia bertugas hari itu, dia gabung dengan TNI dan Polri," terang dia. 

Petugas Satpol PP DKI Jakarta menertibkan pedagang kaki lima yang berjualan di depan Stasiun Tanah Abang, Jakarta Pusat, Rabu (9/12). Alinea.id/Marselinus Gual

Terapkan sistem jemput bola 

Ketua tim pemburu Covid-19 Kombes M. Ngajib, pembentukan tim dilatarbelakangi masih tingginya jumlah kasus positif Covid-19. Setiap pekan, rerata kasus harian mencapai lebih dari 1.000 kasus. 

"Kapolda Metro Jaya berpandangan perlu adanya kesigapan melakukan tracing agar mengetahui alur penyebaran yang terjadi," kata Ngajib saat ditemui Alinea.id di kantornya di Polda Metro Jaya, Jakarta Pusat, Rabu (9/12). 

Selain di tingkat polda, tim pemburu Covid-19 juga dibentuk di tingkat polres dan polsek. Khusus di Polda Metro Jaya, ada empat tim pemburu yang dibentuk. Anggota tim dari kepolisian umumnya berasal dari unit Kedokteran dan Kesehatan (Dokkes) dan Shabara. 

Tim pemburu Covid-19 umumnya bekerja dengan sistem jemput bola, semisal aktif berpatroli di kawasan-kawasan raman kerumunan, membantu kerja tenaga medis dari Dinkes DKI, dan memburu penderita Covid-19 yang tak mau diisolasi. 

Jam kerja tim, kata Ngajib, tak tentu. Aksi-aksi di lapangan itu kerap digelar berbasis informasi dari Gugus Tugas Penanggulangan Covid-19 dan aduan dari masyarakat. 

Di Polda Metro Jaya, ada dua tim yang bertugas bergantian pada hari kerja. Pada akhir pekan, empat tim diterjunkan langsung. "Semua tergantung dari informasi masyarakat melalui hotline yang disediakan. Sejauh ini laporan yang masuk banyak," kata dia. 

Dari operasi selama sepekan, menurut Ngajib, kebanyakan kerumunan warga "terbentuk" di kafe, tempat makan, dan hiburan malam pada akhir pekan. 

"Daerah Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan paling banyak kami temukan. Kami langsung melakukan penertiban dan 3T (tracing, testing, and treatment). Ada tiga atau empat orang yang reaktif," kata dia. 

Ngajib optimistis kerja tim pemburu Covid-19 bakal efektif. Menurut dia, tindakan tegas para personel tim tersebut saat berpatroli dan menindak para pelanggar protokol kesehatan tergolong sukses menimbulkan efek jera. 

"Kami kan mengintervensi agar tidak berkerumun dengan melakukan 3T. Masyarakat kebanyakan takut dites karena kalau positif harus diisolasi. Akan tetapi, mereka tidak juga boleh melawan saat hendak dites. Kalau melawan dan ditemukan pidana, bisa dikenakan sanksi hukum," tuturnya. 

Kepada Alinea.id, Wakapolres Jakarta Pusat AKBP Heribertus Omposunggu mengatakan tim pemburu Covid-19 di wilayahnya bakal bekerja secara bertahap. Untuk tahap awal, tim itu fokus menyatroni kafe dan restoran yang membandel.

"Awal-awal ini akan kami tindak terlebih dahulu tempat-tempat makan, kafe. Jika sudah mulai kondusif, kami sasar kerumunan warga lainnya," ujar Heribertus. 

Menurut Heribertus, saat ini masih banyak pemilik kafe dan restoran yang abai terhadap protokol kesehatan dengan membiarkan kafenya terisi penuh. Padahal, kafe dan restoran hanya diperbolehkan menerima 50% pengunjung. 

"Kita ini belum menghadapi gelombang kedua. Masyarakat jangan lupa itu.  Makanya, perlu kami berikan shock therapy. Jadi, kami lakukan penindakan secara bertahap," kata dia. 

Pelanggar PSBB dijatuhi sanksi sosial dengan menyapu jalanan di Tanah Abang, Jakarta, Rabu (13/5/2020). Foto Antara/Akbar Nugroho Gumay

Jangan sekadar gonta-ganti program 

Pola kerja serupa juga diterapkan tim pemburu Covid-19 di Kabupaten Kepulauan Seribu. Namun, karena Kepulauan Seribu terdiri dari pulau-pulau kecil, kepolisian membentuk tim-tim kecil di tiap polsek. Anggota dari unit Shabara, Bhabinkamtibmas, Bhabinsa, pegawai puskesmas, Satpol PP, pegawai kecamatan dan kelurahan.

"Sampai saat ini si masih aman semuanya, tapi tidak tahu kalau weekend karena wisatawan bisanya berdatangan. Makanya, kami akan bekerja masif saat akhir pekan," kata Kabag Ops Polres Kepulauan Seribu AKP Zaroki Saputra dihubungi Alinea.id, Kamis (10/12).

Meski punya kendala geografis, Zaroki optimistis tim pemburu Covid-19 bakal efektif karena telah menyusun skema kerja terukur. Salah satu strategi yang bakal dijalankan ialah dengan mengisolasi warga atau wisatawan yang positif Covid-19 ke puskesmas terdekat. 

"Kalau OTG (orang tanpa gejala) akan diisolasi di puskesmas, tetapi kalau memiliki riwayat sakit kronis dan bergejala tetap akan dibawa ke Wisma Atlet," jelas Zaroki. 

Infografik Alinea.id/Oky Diaz

Optimisme serupa juga disuarakan Komisioner Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) Poengky Indarti. Ia meyakini tim pemburu Covid-19 yang dibentuk Fadil Imran bakal mampu menekan penyebaran Covid-19 di DKI Jakarta.

"Apalagi, Jakarta menjadi daerah terbesar yang warganya terkena wabah Covid-19. Sehingga terobosan yang pro aktif sangat diperlukan untuk mengatasinya," ujar Poengky kepada Alinea.id, Rabu (9/12).

Tim pemburu Covid-19 kerap dikritik sebagai program "ganti jubah" dari operasi yustisi. Namun demikian, Poengky meyakini operasi tim pemburu Covid-19 bakal lebih efektif. Apalagi, Fadil saat menjadi Kapolda Jawa Barat punya pengalaman berupaya mengatasi Covid-19 dengan program pembangunan kampung tangguh. 

"Karena masih baru beberapa hari, kita belum bisa menilai. Tapi, saya optimis, jika dilakukan secara meluas, maka akan efektif membantu memberikan penyadaran kepada masyarakat sekaligus diharapkan mampu menurunkan angka penyebaran Covid-19," ujar Poengky.
 

Berita Lainnya
×
tekid