sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Mendikbud: Perkembangan teknologi akan ciptakan profesi baru

Di sisi lain, teknologi juga akan menggantikan dan mengubah banyak jenis pekerjaan.

Firda Junita
Firda Junita Selasa, 08 Des 2020 17:54 WIB
Mendikbud: Perkembangan teknologi akan ciptakan profesi baru

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim mengatakan, perkembangan teknologi dan informasi memberikan peluang signifikan bagi perusahaan untuk meningkatkan produktifitas, efisiensi, dan pertumbuhan. Revolusi Industri 4.0 menciptakan permintaan jutaan akan lapangan pekerjaan baru yang memenuhi potensi dan aspirasi masyarakat.

“Namun bersamaan dengan itu, perkembangan ini juga mengubah kebutuhan kompetensi. Keberhasilan memanfaatkan perubahan teknologi akan menciptakan pekerjaan dan profesi baru. Di sisi lain, hal ini juga akan menggantikan dan mengubah banyak jenis pekerjaan,” ujarnya dalam Kompas Talks berjudul Siapkan SDM, Hadapi Profesi Baru pada Masa Depan, Selasa (8/12).

Kemudian, Nadiem mengatakan, pandemi ini merupakan krisis terbesar yang berdampak kepada sistem sosial di Indonesia. Hal itu juga menjadi faktor pendorong  perubahan tatanan hidup masyarakat, termasuk ekonomi dan dunia pekerjaan.

“Karena pandemi, banyak orang yang kehilangan pekerjaannya. Namun di sisi lain, banyak juga kebutuhan pekerjaan baru yang tumbuh. Perkembangan teknologi dalam bentuk digital, industri digital, otomasi, dan robotisasi, serta resesi global merupakan kombinasi yang sangat dahsyat atau double disturbtion yang mengubah landscape masa depan,” tuturnya.

Lebih lanjut, Nadiem menyebutkan hasil riset terbaru yang dipublikasikan oleh World Economic Forum 2020 yang mengatakan, pergeseran dan perubahan yang terjadi antar manusia, mesin, dan algoritma menyebabkan 85 juta pekerjaan di dunia akan hilang dalam waktu lima tahun. Sementara itu, 97 pekerjaan baru yang lebih adaptif diprediksi akan tumbuh.

“Pada 2025, diramalkan satu dari dua pekerja yang akan bertahan membutuhkan permutakhiran 40% dari keterampilan mereka beradaptasi dengan perubahan pasar tenaga kerja. Inilah pentingnya pembelajaran sepanjang hayat. Ini adalah esensi daripada profil pelajaran Pancasila yang ingin kita tekankan melalui sistem pendidikan,” jelasnya.

Perkembangan teknologi menjadi pendorong yang kuat dalam mengubah kebiasaan masyarakat dan proses bekerja. Seiring dengan bertumbuhnya profesi baru, tentu membutuhkan kompetensi keahlian yang baru juga.

“Perubahan ini merupakan tantangan, tetapi juga perlu waktu bagi dunia pendidikan untuk mempersiapkan SDM masa depan dengan menyambut perubahan tersebut. Jangan kita takut menghadapi kesempatan dan resikonya, tetapi sambut dengan agresif dan beradaptasi,” katanya.

Sponsored

Adapun, dunia pendidikan khususnya vokasi harus mempersiapkan terobosan dalam mempersiapkan peserta didik menguasai keterampilan teknis atau hard skills dan soft skills yang dibutuhkan dalam kerangka adaptasi, kemampuan berkolaborasi, berkreatifitas, dan berpikir kritis.

“Melalui Merdeka Belajar, Kemendikbud mentransformasi sistem pendidikan agar lebih fleksibel dalam menghadapi perubahan. Dalam Merdeka Belajar episode tiga, Kampus Merdeka kami hadirkan untuk memberi kesempatan bagi mahasiswa untuk meningkatkan kompetensi di dunia kerja. Project based learning dan experience based learning, menjadi emphasize kita,” ujarnya. 

Kemudian, mahasiswa dapat mengambil mata kuliah di luar prodinya selama tiga semester dan melakukan pembelajaran di luar kampus selama dua semester. Nadiem berharap, Indonesia dapat menjadi inovator dalam dunia pendidikan tinggi.

Selain itu, dalam Merdeka Belajar episode enam, Kemendikbud mentransformasi seluruh insentif perguruan tinggi dalam beberapa skema. Salah satunya, bentuk matching fund, yaitu setiap kontribusi mitra industri kepada perguruan tinggi yang turut didampingi pemerintah.

“Kemendikbud juga membuka kesempatan bagi semua industri untuk menyediakan mini university atau satu semester di luar kampus. Kami mengundang banyak perusahaan dan organisasi masyarakat serta sosial untuk menciptakan kurikulum dalam waktu lima atau enam bulan. Baik itu magang atau project based yang lebih intensif dengan instruktur,” jelasnya.

“Ke depannya, Merdeka Belajar bukan hanya diterapkan ke jenjang SMK atau universitas, tetapi dapat diakses oleh semua masyarakat Indonesia. Semoga lompatan kemajuan ini dapat mengantarkan kita pada cita-cita Indonesia Maju,” pungkasnya.

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid