sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Mengapa seseorang tega melakukan pembunuhan?

Pembunuhan hanya akan terjadi dalam situasi tertentu, dan saat itu saja. Biasanya, pelaku akan menyesal dengan perbuatannya usai peristiwa.

Nanda Aria Putra
Nanda Aria Putra Jumat, 01 Mar 2019 20:59 WIB
Mengapa seseorang tega melakukan pembunuhan?

Pembangunan karakter manusia

Dihubungi terpisah, psikolog klinis forensik A. Kasandra Putranto mengatakan, setiap orang harus punya kapasitas kecerdasan intelektual, emosional, dan sosial yang tinggi untuk terhindar dari perbuatan keji, seperti membunuh.

Akan tetapi, kenyataannya, acapkali seseorang hanya punya porsi tinggi pada salah satu kecerdasan tadi. “Dia harus tinggi, bukan hanya seimbang, sebab kalau seimbang semua tapi rendah tetap saja percuma,” ucapnya saat dihubungi, Jumat (1/3).

Tiga kecerdasan itu, menurut Kasandra, terkait dengan pembangunan karakter manusia, yakni kemampuannya untuk mengenali lingkungan sekitar, menumbuhkan rasa empati, dan mengasihi sesama.

Lebih lanjut, Kasandra mengatakan, kekerasan yang dilakukan seseorang juga bisa dipengaruhi oleh kapasitas amigdala. Amigdala merupakan bagian otak manusia yang berfungsi sebagai pengolahan ingatan terhadap reaksi emosi manusia.

Lingkungan sosial tempat seseorang tumbuh, dan perlakuan yang dialami sejak kecil hingga dewasa, kata Kasandra, akan terus tertanam di benak. Hal itu, katanya, juga ikut memengaruhi tindakan-tindakannya di masa depan, termasuk melakukan kekerasan.

Tersangka kasus tindak pidana pembunuhan, Jufri (kiri) mengikuti rekonstruksi di Kelurahan Benuanirae, Kecamatan Abeli, Kendari, Sulawesi Tenggara, Kamis (14/2). (Antara Foto).

Pelaku kooperatif

Sponsored

Sementara, dalam kasus mutilasi, Muhammad Mustofa mengatakan, hal itu merupakan tahapan kedua setelah pembunuhan. Ia menerangkan, mutilasi adalah sebuah upaya pelaku untuk menyelamatkan nama baiknya.

“Mutilasi itu biasanya dilakukan oleh seseorang yang belum pernah membunuh. Menyesal, kemudian berpikir bagaimana caranya memertahankan diri sebagai orang yang bukan pembunuh,” tuturnya.

Di samping itu, kata Mustofa, pembunuhan hanya akan terjadi dalam situasi tertentu, dan saat itu saja. Biasanya, pelaku akan menyesal dengan perbuatannya usai peristiwa itu terjadi.

Ada banyak faktor yang membuat seseorang tega berlaku kejam.

“Makanya di banyak kasus kita lihat pelaku biasanya akan bersikap kooperatif jika dibawa ke ranah hukum, dan menerima keputusan apapun yang dijatuhkan kepadanya,” ujar Mustofa.

Menurut Mustofa, hal ini berbeda dengan para pelaku perampokan yang berakhir dengan penghilangan nyawa korbannya. Perampokan, kata dia, tujuan utamanya menguras harta benda korban, bukan membunuh.

“Untuk kasus perampokan ini, pelakunya biasanya lebih memiliki kecenderungan untuk tidak menghargai nyawa orang lain lebih kuat daripada yang situasional,” tuturnya.

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid