sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Musuh mahasiswa dinilai sama: Dulu satu, sekarang beberapa di DPR

Aksi mahasiswa turun ke jalan merupakan respon atas buruknya kinerja para wakil rakyat di sisa waktu jabatannya.

Ayu mumpuni
Ayu mumpuni Sabtu, 28 Sep 2019 20:51 WIB
Musuh mahasiswa dinilai sama: Dulu satu, sekarang beberapa di DPR

Ketua Senat Mahasiswa Universitas Gajahmada 1997-1998, Ridaya Laodengkowe, mengatakan setelah aksi demonstrasi mahasiswa menolak RUU kontroversial, terlihat adanya pengulangan peristiwa 98. Ia menilai, Soeharto yang dilawan mahasiswa 98, saat ini masih ada, namun dalam bentuk yang berbeda.

"Kalau dulu satu orang, sekarang beberapa orang di DPR," kata Ridaya dalam diskusi Smart FM di bilangan Jakarta Pusat, Sabtu (28/9).

Ridaya menilai, aksi mahasiswa turun ke jalan merupakan respon atas buruknya kinerja para wakil rakyat di sisa waktu jabatannya. Selama empat tahun, para wakil rakyat hanya menghasilkan sedikit undang-undang. Namun mereka justru mengebut pengesahan undang-undang lainnya di masa akhir sisa jabatannya.

Dalam catatan Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi), kinerja DPR periode 2014-2019, lebih buruk dari periode sebelumnya. DPR periode saat ini hanya mengesahkan 84 RUU, sementara DPR periode sebelumnya mengesahkan 125 RUU.

Dari jumlah itu, DPR periode 2014-2019 mengesahkan 35 atau 42% RUU prolegnas prioritas dan 49 atau 58% RUU kumulatif. Sementara DPR periode 2009-2014 mengesahkan 56 RUU Prolegnas prioritas dan 69 RUU kumulatif. 

Meski demikian, Ridaya mengatakan dua periode anggota DPR terakhir menjalankan sistem kerja yang sama. Mereka bersikap santai di empat tahun pertama, namun mempercepat kerjanya di masa akhir jabatan.

"Sistem kebut semalam istilahnya. Empat tahun hanya hitungan jari yang disahkan. Satu minggu terakhir dikebut," ucapnya.

Sementara itu, Ketua Senat Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta 1995-1996 Ubedillah Badrun mengungkapkan, para elite politik tanah air lupa bahwa selama ini mahasiswa mengamati kerja mereka. Mahasiswa milenial yang digadang-gadang sebagai kaum instan, ternyata tetap memiliki gagasan kreatif yang dikeluarkan pada waktunya.

Sponsored

"Dalam situais itu yang luput dari rezim, mahasiswa adalah aktor yang berjalan luar biasa dan mengukir sejarah sendiri. Mereka melihat peforma para elite yang buruk," ucap Ubed.

Kaum elite juga dipandang mengabaikan segala masukan dari publik. Sementara para kaum milenial melihat tidak adanya kepastian hidup mereka ke depan, yang juga ditentukan oleh kinerja kaum elite saat ini.

"Di saat mereka kecewa, mereka juga melihat tidak ada kepastian masa depan," ujarnya.

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid