NU perkirakan awal puasa Ramadan Jumat

Nahdlatul Ulama (NU) memperkirakan awal puasa Ramadan jatuh pada Jumat, 24 April 2020. Presdiksi itu muncul setelah dilakukan rukyatul hilal dan data hisab yang dilakukan oleh Pimpinan Wilayah Lembaga Falakiyah Nahdlatul Ulama (PW LFNU), Jawa Timur. 

Ketua PW LFNU Jawa Timur, Shofiyulloh menjelaskan, sesuai ijtimak akhir Syakban 1441 Hijriah jatuh pada Kamis Wage, 23 April 2020, pukul 09.28 WIB. Sementara dilihat dari lokasi rukyat bukit Condrodipo Gresik, Matahari akan terbenam pada pukul 17.26 WIB.

"Pada saat itu tinggi hilal mar’i (terlihat) 3 derajat 19 menit dengan lama hilal di atas ufuk 15 menit 46 detik, sehingga Hilal kemungkinan bisa terlihat," kata Shofiyulloh, melalui rilisnya, Rabu (22/4/2020).

Meski LFNU memperkirakan awal Ramadan jatuh pada Jumar besok, pihaknya tetap meminta kepada segenap nahdliyin dan seluruh umat muslim di Jawa Timur untuk menunggu keputusan sidang isbat penetapan awal Ramadan pemerintah, Kamis (23/4).

“Saya berharap umat Islam dalam mengawali Ramadan tetap menunggu keputusan pemerintah dalam sidang isbat yang didasarkan atas hasil Rukyatul Hilal dan hisab,” ujarnya.

LFNU Jatim akan melakukan pemantauan hilal di 17 titik di seluruh Jawa Timur pada Kamis, 23 April 2020.

Rukyatul hilal ini tetap memperhatikan protokol untuk memastikan permulaan puasa Ramadan tahun ini. Di antaranya, pertama lokasi rukyatul hilal harus berada dalam lingkup kabupaten/kota tempat Lembaga Falakiyah Nahdlatul Ulama berada. 

"Tidak dianjurkan menggelar rukyatul hilal yang bersifat lintas kabupaten/ kota," terangnya.

Kedua, lokasi rukyatul hilal harus didesinfeksi terlebih dahulu dan dilengkapi titik–titik cuci tangan dilengkapi sabun atau hand sanitizer.

Sementara jumlah petugas di lokasi tersebut maksimal sembilan orang yang terdiri atas operator instrumen, petugas sekretariat dan hakim. 

Shofiyulloh menegaskan, jika rukyatul hilal diselenggarakan di lokasi yang dipakai bersama pihak lain, maka jajaran Lembaga Falakiyah Nahdlatul Ulama harus membuka komunikasi dan melakukan penyesuaian, untuk memastikan jumlah maksimum petugas gabungan yang hadir di lokasi tersebut.

"Ketua tim mendata nama petugas yang akan hilal, dengan syarat berusia di bawah 50 tahun, sehat,  tidak menderita penyakit diabetes, jantung, tekanan darah tinggi, gangguan pernafasan dan kanker," terangnya.

Shofiyulloh menuturkan, para petugas harus mulai mengukur suhu badannya setiap hari dan dilaporkan kepada Ketua Tim dan atau Satgas NU Peduli Covid–19. Paling lambat mulai seminggu sebelum pelaksanaan rukyatul hilal.

Sebelum berangkat ke lokasi rukyat, maka ketua tim dan atau Satgas NU Peduli Covid–19 harus melaksanakan pengecekan kesehatan kembali. Seluruh petugas yang lolos pengecekan harus mengenakan masker saat menuju ke lokasi hilal.

"Lokasi rukyat bersifat tertutup sehingga tidak diperkenankan ada undangan maupun non–undangan boleh masuk. Karena dijaga oleh petugas keamanan atau Banser yang mengenakan masker," ungkapnya.

Saat proses rukyatul, satu orang hanya menangani satu instrumen yakni mengoperasikan teleskop dan satu orang lagi menganangi laptop dengan jarak minimal 1 meter.

"Sebelum dan sesudahnya instrumen yang digunakan untuk Rukyatul hilal diusahakan dibersihkan dengan kain yang telah dibasahi cairan sabun," paparnya.

Sedangkan lokasi rukyatul hilal adalah: 

1.  Balai Rukyat NU Condrodipo Gresik
2. POB Masjid Denanyar Jombang
3. Observatorium Jokotole IAIN Madura Pamekasan
4. Balai Rukyat Ibnu Syatir, PP. Al Islam, Joresan Ponorogo
5. Tulung Saradan Madiun.
6. Banaran Geger Madiun
7. Gumuk Klasi Indah Banyuwangi
8. Ponpes Bayt Al-Hikmah Kota Pasuruan
9. Lokasi : Masjid Agung At Taqwa Bondowoso
10. Pucuk Pelangi Gunung Gede Wonotirto Blitar
11. Bukit Banjarsari Blitar
12. Pantai Kalbut Situbondo
13. Lokasi: MAN 3 Kediri. 
14. Tanjungkodok Lamongan
15. Kantor Pemkab Malang jalan Panji Kepanjen Malang.
16. Kantor PCNU kab Mojokerto
17. Menara Rukyatul hilal Tuban