sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Pemerintah sebar sms berantai tangkal hoaks coronavirus

Masyarakat diminta turut ambil bagian mencegah penyebaran berita hoaks.

Akbar Ridwan
Akbar Ridwan Senin, 03 Feb 2020 17:43 WIB
Pemerintah sebar sms berantai tangkal hoaks coronavirus

Menteri Komunikasi dan Informatika, Johnny G Plate, mengatakan sedang menyiapkan mekanisme pengiriman short message service (SMS) atau pesan berantai untuk menangkal hoaks coronavirus. Kendati demikian, ia meminta agar masyarakat turut ambil bagian mencegah penyebaran berita hoaks.

“Lagi disiapkan melalui (SMS) blast. Tapi, sama-sama ya, ini bukan Kominfo saja, tapi seluruhnya, kepentingan kita semuanya. Setiap ada yang mendapat itu (hoaks) tolong di-blast, ini hoaks, ini disinformasi, ini salah," kata Johnny dalam jumpa pers di Jakarta Pusat, Senin (3/2).

Menurut Johnny, jika dilakukan bersama-sama, cara tersebut dinilai lebih efektif. Sebab, apabila kementerian yang dipimpinnya saja yang melakukan tindakan menangkal hoaks, dikhawatirkan tidak bisa menjangkau seluruh masyarakat.

"Kami bersama-sama (tangkal hoaks). Ini juga bukan Indonesia. Masalah coronavirus bukan masalah Indonesia saja, ini masalah dunia. Semua negara memperhatikannya," ucap dia.

Direktur Jenderal Aplikasi dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika, Semuel Abrijani Pangerapan mengatakan merencanakan SMS blast untuk menanggulangi berita bohong.

"Memang kami lagi memikirkan SMS blast, agar menjadi saluran informasi yang diberikan secara resmi," kata Semuel.

Ia menambahkan, selain cara tersebut, mekanisme lain melawan berita bohong adalah dengan kerja sama yang akan dilakukan bersama platform media sosial. Sementara itu, yang sudah dilakukan hingga kini adalah memberikan imbauan. Apabila peringatan tidak dihiraukan, proses hukum akan berjalan.

"Kami tidak segan-segan menindak bagi mereka-mereka yang menyesatkan informasi yang bisa menimbulkan kekacauan di masyarakat, untuk menangkap dan memberikan hukuman. Untuk itu, kami sudah bekerja sama dengan kepolisian," ujar dia.

Sponsored

Sebelumnya, Kementerian Komunikasi dan Informatika menyatakan pihaknya lewat cyber drone mendeteksi ada 54 hoaks yang berkaitan dengan coronavirus.

Satu informasi keliru terjadi pada Mei 2019. Hoaks tersebut yakni mengenai kurma yang harus dicuci bersih karena mengandung coronavirus berasal dari kelelawar. Informasi itu dipastikan Kemenkominfo tidak benar. Sekitar 53 lainnya menyebar masif sejak 23 Januari 2020 hingga Senin (3/2) hari ini.

"Di antaranya (hoaks) tidak benar disinformasi bahwa di China dilaporkan diam-diam melakukan kremasi korban coronavirus. Itu disinformasi. Kemudian wudu bisa hancurkan coronavirus, ini juga disinformasi," kata Jhonny.

Berita Lainnya
×
tekid