Pemkab Lebak waspadai potensi banjir susulan
Lantaran Sungai Ciberang meluap dan jembatan darurat hanyut usai hujan deras sejak Minggu (26/1) sore.
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lebak, Banten, mewaspadai potensi banjir susulan di wilayahnya. Menyusul meluapnya Sungai Ciberang dan hanyutnya jembatan darurat berbahan bambu. Imbas hujan dengan intensitas sedang hingga lebat sejak Minggu (26/1) sore sampai dengan Senin (27/1) dini hari.
"Kami sudah menerjunkan petugas kebencanaan ke lapangan. Untuk mencek tingkat kerusakan akibat luapan Sungai Ciberang," ucap Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lebak, Kaprawi, beberapa saat lalu.
Sejumlah daerah di Banten dilanda banjir dan longsor, 1 Januari 2020. Salah satunya Lebak. Diduga karena pertambangan dan pembalakan ilegal di Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS).
Berdasarkan data BPBD Banten, sebanyak 11 meninggal dunia akibat bencana hidrometeorologi itu. Hingga 21 Januari, sejumlah korban masih tinggal di posko pengungsian.
Untuk memitigasi bencana, Kaprawi menambahkan, pihaknya telah menyampaikan peringatan kewaspadaan. Juga disosialisasikan aparat kecamatan, desa, dan relawan.
"Kami minta warga yang berada di kaki gunung dan aliran sungai, agar waspada. Untuk mengurangi risiko kebencanaan. Agar tidak menimbulkan korban jiwa," tuturnya.
BPBD Lebak pun berencana mengirimkan perahu karet. Guna menghubungkan penyeberangan darurat antardesa. "Agar penyeberangan berjalan lancar," kata dia.
Mengutip situs web Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), hujan lokal berpotensi mengguyur Lebak pada sore nanti. Diprakirakan berlangsung hingga sepekan lamanya (Minggu, 2/2).
Seorang warga Desa Somang, Kecamatan Sajira, Sodik (45), mengungkapkan, penduduk terpaksa menggunakan perahu karet untuk menyeberang pada hari ini. Menyusul hanyutnya jembatan gantung di Desa Sukarame, Sajira. (Ant)