sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Picu kekerasan, pendekatan militer penuh atas KKB dinilai tak tepat

Negosiasi terhadap GAM di Aceh seharusnya jadi pembelajaran atasi konflik di Papua.

Marselinus Gual
Marselinus Gual Rabu, 28 Apr 2021 12:26 WIB
Picu kekerasan, pendekatan militer penuh atas KKB dinilai tak tepat

Setara Institute menilai langkah pendekatan militer penuh dalam menghadapi kelompok kriminal bersenjata (KKB) Papua dapat memicu berkembangnya spiral kekerasan dan kompleksitas persoalan konflik di Papua.

Pernyataan Setara ini menanggapi pernyataan Ketua MPR, Bambang Soesatyo (Bamsoet), yang meminta TNI dan Polri menurunkan kekuatan penuh dan menumpas habis KKB di Papua, namun meletakkan urusan HAM sebagai urusan belakangan.

Bamsoet melontarkan pernyataan tersebut pascatewasnya Kepala Badan Intelijen Daerah (Kabinda) Papua Brigjen TNI I Gusti Putu Danny Karya Nugraha Karya.

"Dalam konstruksi HAM yang juga diatur dalam UUD 1945 pasal 28I, terdapat hak-hak yang terkategori non-derogable rights yang tidak dapat dikurangi dalam kondisi apapun dan oleh siapapun," kata Peneliti Hak Asasi Manusia (HAM) dan Sektor Keamanan Setara Institute, Ikhsan Yosarie dalam keterangannya, Rabu (28/4).

Ikhsan menjelaskan, dalam UU HAM telah dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan "dalam keadaan apapun" termasuk keadaan perang, sengketa senjata, dan atau keadaan darurat. Kemudian yang dimaksud dengan "siapapun" adalah negara, pemerintah dan atau anggota masyarakat.

Menurutnya, berkembangnya spiral kekerasan hanya akan mengakibatkan semakin banyaknya korban berjatuhan, terutama dari masyarakat sipil. Bahkan pada Kamis (8/4), dua orang guru SD juga menjadi korban penembakan karena dianggap sebagai pendatang yang bertugas sebagai mata-mata.

"Pelbagai kasus penembakan yang memakan korban jiwa, terutama dari masyarakat sipil, semakin memperlihatkan pendekatan keamanan tidak menjadi jawaban atas persoalan konflik di tanah Papua," tegas dia.

Ketimbang meletakkan HAM sebagai urusan belakangan, yang secara eksplisit tidak kondusif terhadap penyelesaian konflik Papua, menurut Ikhsan pendekatan halus (soft approach) dalam bentuk negosiasi yang dilakukan terhadap GAM di Aceh seharusnya dapat menjadi pembelajaran.

Sponsored

Terlebih, para aktor yang terlibat ketika itu masih dapat dijumpai. Melalui strategi ini kelompok eks kombatan GAM yang dipimpin Din Minimi telah menyerahkan diri pada 2015 lalu. Penyerahan diri Din Minimi itu kemudian diikuti oleh 120 orang anak buahnya dan menyerahkan persenjataan.

"Dengan demikian, penyelesaian konflik dapat dilakukan tanpa memakan korban jiwa lagi, terutama dari masyarakat sipil," kata dia.

Dalam penyelesaian konflik di Papua, Setara mendesak kedua belah pihak untuk melakukan kesepakatan penghentian permusuhan (cessation of hostilities) agar dialog mencari jalan damai dapat dilakukan. Kemudian mengedepankan penegakan hukum.

"Upaya perlu dilakukan untuk mengeliminasi kekuatan bersenjata sebagai sarana solutif, penyelesaian, atau pun pemecah masalah keamanan," pungkasnya.

Berita Lainnya
×
tekid