sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Pentingnya pendidikan seksual sejak dini

Pendidikan seksual pada anak dapat dilakukan sesuai dengan tahap perkembangannya.

Valerie Dante
Valerie Dante Sabtu, 03 Agst 2019 15:59 WIB
Pentingnya pendidikan seksual sejak dini

Terungkapnya kasus kekerasan seksual pada anak atau child grooming, mengingatkan pentingnya pendidikan seksual sejak dini kepada anak. Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Siti Hikmawati mengatakan, pendidikan seksual dapat menjadi salah satu tahap untuk mencegah anak menjadi korban.

Child grooming merupakan modus operandi di mana pelaku pelecehan seksual, yang umumnya orang dewasa, berupaya membangun kedekatan dengan anak agar sang anak percaya padanya. Lalu, pelaku akan meminta korban untuk melakukan hal-hal berbau pelecehan seksual, dan memintanya merahasiakan penganiayaan yang terjadi.

Adapun pendidikan seksual pada anak dapat dilakukan sesuai dengan tahap perkembangannya. Namun Siti menyampaikan, anak-anak di bawah usia enam tahun masih belum dapat mencerna konsep yang abstrak. Karena itu, pengajaran harus diberikan melalui contoh yang konkret agar mudah dipahami.

"Misalnya satu tambah satu, mereka belum dapat mengerti. Tapi kalau orang tua bilang satu apel ditambah satu apel adalah dua apel, mereka baru bisa paham," kata Siti usai diskusi "Darurat Child Grooming dan LGBT" di Menteng, Jakarta, Sabtu (3/8).

Pendidikan seksual sejak dini dimulai dari pengenalan jenis kelamin.

"Ibu ajarkan kalau wanita itu ciri fisiknya seperti ini, laki-laki seperti itu, ada perbedaan yang memang dapat dikenali," ujarnya. "Pengenalan pertama terkait identitas atau jenis kelamin itu harus dipahami anak."

Menurut Siti, anak sudah dapat diberikan pendidikan seksual sejak berusia kurang dari enam tahun. Orang tua dapat mencoba mengajari anak dalam situasi-situasi santai.

"Saat sedang memandikan anak, itu bisa sambil pelan-pelan diajari. Misalnya bagian tubuh mana yang tidak boleh dipegang orang asing. Harus dijelaskan secara santai, tetapi melihat kondisi saat anak sedang fokus," katanya.

Sponsored

Meskipun disampaikan sejak masih kecil, Siti meyakinkan bahwa anak secara perlahan akan mengerti apa yang disampaikan. Dia menganalogikan otak anak sebagai spons, untuk menggambarkan kemampuan otak anak dalam menyerap informasi yang diterimanya.

Selain pengajaran pendidikan seksual sejak dini, orang tua juga didesak untuk meningkatkan kewaspadaan anak sejak masih kecil. Karena masih polos dan belum memiliki kesadaran untuk membela diri, anak rawan menjadi mangsa para predator seksual.

"Anak cenderung polos, mereka gampang membuka identitas kepada orang asing. Hal itu harus diwaspadai orang tua untuk menghindari anak mereka terjerat kejahatan pelecehan seksual child grooming," ucapnya.

Siti menilai, saat ini Indonesia mengalami darurat child grooming. Namun, persoalan tersebut dapat diatasi asalkan orang tua mengetahui pola asuh dan metode pendampingan anak yang baik.

Pendampingan dinilai sebagai hal penting, karena anak yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, dapat terpapar pornografi sejak dini. Hal itu dapat merusak mental seorang anak.

"Kementerian Sosial melakukan survei kepada anak-anak SD di empat provinsi. Dari survei itu ditemukan bahwa 92% anak sudah terpapar pornografi dan 6% di antaranya bahkan sudah kecanduan," ujar Siti.

Berita Lainnya
×
tekid