sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Polri ancam NII serahkan diri

Polri akan menunggu sampai Hari Kebangkitan Nasional.

Immanuel Christian
Immanuel Christian Kamis, 28 Apr 2022 13:44 WIB
Polri ancam NII serahkan diri

Kepolisian Republik Indonesia (Polri) meminta bagi masyarakat yang masih tergabung dalam Negara Islam Indonesia (NII) untuk kembali ke Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Polri akan menunggu sampai Hari Kebangkitan Nasional.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri, Brigjen Ahmad Ramadhan mengatakan kembalinya mereka ke dalam pangkuan NKRI ditunjukkan dengan pencabutan bai’at atau sumpah kepada NII. Tenggat waktu tersebut diberikan kepada ribuan masyarakat NII lainnya.

“Sedangkan bagi yang terekspos sejumlah 1.125 orang harus sudah cabut bai’at paling lambat tanggal 20 Mei bertepatan Hari Kebangkitan Nasional,” kata Ramadhan dalam konferensi pers yang disiarkan daring, Kamis (28/4).

Ramadhan menyampaikan, penegakkan hukum akan diberikan bagi masyarakat yang tidak ingin mencabut sumpahnya kepada NII. Penegakkan hukum akan dilakukan sebagaimana mestinya terhadap orang-orang yang telah ditindak selama ini.

“Tentu jika masih ada yang tidak cabut bai’at akan dilakukan penegakkan hukum,” ucap Ramadhan.

Kemarin, ratusan warga yang sebelumnya tergabung dalam Negara Islam Indonesia (NII) menyatakan mundur dari kelompok tersebut. Pernyataan mundur tersebut juga diiringi dengan kembalinya mereka ke Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Kadensus 88 Anti Teror (AT) Mabes Polri, Irjen Marthinus Hukom mengatakan, ratusan warga tersebut menyatakan kembali ke NKRI dengan pencabutan bai’at atas NII. Ada 391 warga yang melakukan kegiatan tersebut dan dinyatakan yang terbesar dilakukan pencabutan bai’atnya pada kemarin, Rabu (27/4).

“Ini bertepatan dengan bulan suci Ramadan, mengucapkan syukur karena momentum ini juga sebagai forum silaturahmi, terutama ex. NII yang hadir,” kata Marthinus, dalam keterangan, Kamis (28/4).

Sponsored

Ia menyebut, pihaknya hadir tidak saja sebagai penegak hukum, tetapi juga sebagai bagian dari anak bangsa. Niatan hati untuk merangkul warga NII tersebut yang mungkin di antaranya menjadi korban karena ketidaktahuan mereka. 

"Pemerintah melakukan pendekatan kepada saudara kita yang melakukan penyimpangan, memahami suatu yang salah. Kami ingin duduk bersama merangkul dengan penuh kasih sayang," terangnya.  

Dengan duduk bersama tersebut, kata Marthinus, maka hal itu tentu menjadi lebih penting dari pada penangkapan. Bahkan, lebih penting dari pada penegakan hukum. 

"Hari ini saya melihat kesadaran untuk bangkit bersama-sama menjaga NKRI ada di sini. Ini untuk pertama kali kami bersama saudara-saudara dalam jumlah yang besar. Jumlah paling besar hari ini yang dilakukan," pungkasnya.

Beberapa waktu lalu, Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri menyampaikan sejumlah hasil pemeriksaan terkait pemeriksaan para tersangka jaringan Negara Islam Indonesia (NII) di Sumatera Barat. Para tersangka berjumlah 16 orang dengan lokasi penangkapan di Kabupaten Dharmasraya dan Kabupaten Tanah Datar.

Kabagops Densus 88 Antiteror Mabes Polri, Kombes Aswin Siregar mengatakan, hasil pemeriksaan itu menunjukkan adanya potensi ancaman berupa serangan teror. Hal itu tertuang dalam wujud perintah mempersiapkan senjata tajam berupa golok dan juga mencari para pandai besi. 

“Adapun temuan alat bukti arahan persiapan golok tersebut sinkron dengan temuan barang bukti sebilah golok panjang milik salah satu tersangka,” kata Aswin dalam keterangan, Senin (18/4).

Aswin menyampaikan, secara garis besar ada enam potensi ancaman teror dari jaringan NII Sumatra Barat. Potensi itu berada pada level nasional yang marak dengan penggulingan pemerintahan Republik Indonesia.

Potensi pertama, mereka diketahui memiliki keinginan untuk mengubah ideologi Pancasila dengan ideologi Syariat Islam secara kaffah dan memiliki niat untuk menggulingkan pemerintahan yang sah apabila NKRI sedang dalam keadaan kacau. 

NII, kata Aswin, melakukan berbagai kegiatan i’dad atau persiapan serangan teror secara rutin dan merencanakan persiapan logistik serangan teror berupa senjata tajam berupa golok serta produsen senjata tajam (pandai besi). Perekrutan anggota secara masif di wilayah Sumatra Barat dengan melibatkan anak-anak di bawah umur.

“Mereka memiliki hubungan dengan kelompok teror di wilayah Jakarta, JawaBarat, dan Bali,” ucap Aswin.

Aswin menyebut, para tersangka yang sudah ditangkap memberikan keterangan bahwa struktur NII mereka berada pada tingkatan cabang/kecamatan/ CV (istilah NII) IV/Padang dengan anggota mencapai 1.125 anggota. Terdapat 400 orang di antaranya merupakan personel aktif dan selebihnya nonaktif.

Berita Lainnya
×
tekid