Menkes jelaskan positivity rate tak gambarkan keadaan sesungguhnya
Menkes menjelaskan penurunan kasus baru Covid-19 sejak dua pekan sebelumnya disebabkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebut, anjlok-nya testing dan naiknya positivity rate pada beberapa hari terakhir, tidak ada kaitannya dengan kenaikan kasus.
“Kami jawab tidak. Karena sudah dua minggu terakhir, bukan empat hari terakhir (kasus menurun). Kok data positivity rate tinggi, karena testing dikurangi. Sesudah kita lihat, tidak demikian,” ucapnya dalam konferensi pers virtual, Rabu (17/2).
Kesimpulannya juga diperoleh dari pengecekan data pasien baru di rumah sakit yang menurun. Penurunan kasus baru Covid-19 sejak dua pekan sebelumnya disebabkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) dan dampak libur panjang Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2020 yang telah berakhir.
Ia pun mengungkapkan beberapa asumsi Kementerian Kesehatan (Kemenkes) yang perlu dicek ulang nantinya. Pertama, banyak data hasil tes PCR negatif tidak langsung dilaporkan ke Kemenkes. Imbasnya, Kemenkes lebih banyak menerima data positif Covid-19. Banyak rumah sakit dan laboratorium masih kewalahan dalam memasukkan data tes PCR ke sistem pelaporan Kemenkes.
Jadi, memasukkan data tes PCR positif terlebih dahulu ke sistem pelaporan Kemenkes, karena penting untuk mengisolasi pasien.
“Mengapa data negatif tidak dimasukkan? Ketika kami cek di beberapa rumah sakit dan laboratorium, karena jumlah datanya demikian banyak dan memasukkan ke sistem aplikasi kita masih rumit,” tutur Budi.
Ia pun mengklaim telah memperbaiki sistem pelaporan Kemenkes agar dapat memudahkan rumah sakit dan laboratorium. Banyak data hasil tes PCR negatif tidak dilaporkan, menyebabkan angka positivity rate tidak menggambarkan keadaan yang sesungguhnya.
“Dengan demikian, kita merasa bahwa dengan memasukkan banyaknya data, termasuk data negatif sesudah di tes itu akan membuat positivity rate itu merefleksikan angka yang sebenarnya,” ucapnya.
Di sisi lain, memang ada kemungkinan positivity rate tinggi, karena testing anjlok dan kasus baru banyak. Maka, Kemenkes pun masih mengeceknya dengan menggalakkan pemeriksaan rapid tes antigen. Selain itu, banyak laboratorium belum konsisten memasukkan laporannya.
“Kita akan lebih berkomunikasi dengan lab PCR di seluruh Indonesia untuk memastikan agar mereka disiplin dan data masuk lengkap dan on time. Jadi, jangan ditunda terlalu lama,” tutur Budi.
Berdasarkan data Satgas Covid-19, pada Jumat (12/2), hanya melakukan pengetesan terhadap 35.404 orang dan terjaring 9.869 kasus positif. Pada keesokannya, pemeriksaan dilakukan terhadap 24.889 orang dan didapati 8.844 kasus terkonfirmasi.
Namun pada Minggu (14/2), pengetesan kembali melorot menjadi 24.250 orang dengan 6.765 kasus positif. Kemudian, 19.641 mengikuti pemeriksaan dan 6,462 di antaranya terinfeksi Covid-19 pada Senin (15/2).
Jumlah tes saat libur panjang Imlek 2572 Kongzili turun, tetapi positivity rate (perbandingan antara jumlah kasus positif Covid-19 dengan jumlah tes yang dilakukan) meningkat. Rinciannya, 27,9% pada Jumat (12/2), 35,5% pada Sabtu (13/2), 27,9% pada Minggu (14/2), dan 32,9% pada Senin (16/2).

Gotong royong agar UMKM melenggang di pasar internasional
Kamis, 25 Feb 2021 14:41 WIB
Bayang-bayang penularan Covid-19 di lokasi pengungsian banjir Jakarta
Kamis, 25 Feb 2021 14:24 WIB