sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

PR penanganan Covid-19 di daerah

"Selain berperang melawan virus SARS-CoV-2, kita juga berperang dengan disinformasi yang tersebar luas di masyarakat."

Fandy Hutari
Fandy Hutari Senin, 16 Nov 2020 17:05 WIB
PR penanganan Covid-19 di daerah

Ahli penyakit dalam sekaligus dokter konsultan di rumah sakit darurat Covid-19 (RSDC) Andi Khomeini Takdir Haruni mengungkapkan, ada tiga pekerjaan rumah atau tantangan dalam penanganan Covid-19 selama ia bertugas di berbagai daerah di Indonesia. Pertama, kata dia, mengedukasi pasien dan keluarganya.

"Selain berperang melawan virus SARS-CoV-2, kita juga berperang dengan disinformasi yang tersebar luas di masyarakat," kata dia saat dalam dialog daring bertajuk "Kesiapan Penanganan Pasien di RSDC", Senin (16/11).

Kenyataan itu ia temui ketika bertugas keliling Jawa hingga Sulawesi untuk menangani pasien Covid-19. Ketika itu, ia menemukan banyak sekali penafsiran di masyarakat terkait Covid-19. Di awal-awal kasus Covid-19, kata dia, ada saja orang yang menghindari swab test. 

"Ke rumah sakit kadang mereka harus kita jelasin baik-baik. Harus ekstra sabar," katanya.

Kedua, ujar Andi, berkomunikasi dengan pemangku kebijakan di masyarakat. Menurut Andi, sebagian dari pemangku kebijakan malah termakan disinformasi. Celakanya, mereka yang termakan disinformasi itu adalah orang-orang yang memiliki wewenang.

"Nah, ini PR. PR banget. Mungkin di pusat tidak terjadi, tapi kalau daerah, itu sebagian sampai level pemerintahan yang dekat dengan masyarakat, kita mesti berikan pemahaman benar-benar bijak," katanya.

Ketiga, keterbatasan sumber daya manusia (SDM) tenaga kesehatan yang memahami Covid-19. Andi mengatakan, ia harus memberikan pemahaman kepada sebagian tenaga kesehatan untuk bisa profesional memberikan pelayanan kesehatan untuk pasien.

Andi pun melihat pekerjaan rumah lain yang harus dibenahi. Pertama, kondisi pasien. Ia mengatakan, pasien terinfeksi Covid-19 yang harus ditangani bukan hanya penyakit infeksi virusnya saja. 

Sponsored

"Tapi bagaimana komorbitnya menjadi lebih baik," ujar dia. "Karena kalau komorbitnya bisa diatasi, maka kasus reinfeksi bisa kita tekan."

Kedua, bagaimana lingkungannya bisa menerima dan memberikan dukungan. Ketiga, menurut dia, memperbaiki opini yang terbentuk di masyarakat. Andi menuturkan, sebisa mungkin pihaknya tidak terlalu memberikan mereka kelonggaran, tapi juga tidak memberikan informasi yang menakutkan.

"Kita coba di tengah-tengah, di sisi moderat. Sehingga masyarakat terinformasi dengan baik," ujarnya.

Fasilitas kesehatan antara Jakarta dan daerah lain, juga jomplang. Ia mengatakan, saat Covid-19 terkonfirmasi di Jakarta pada Maret, pemerintah sudah bisa cepat berhitung tentang berapa kapasitas rumah sakit, kapasitas ICU, mesin ventilator, dan tenaga medis yang tersedia.

"Melintir sedikit dari luar Jakarta saja, perhitungannya berbeda. Hitungannya, apa yang kita punya. Bukan berapa, tapi apa dulu," kata dia.

"Apakah kita punya ventilator? Apakah punya ruangan ICU? Tantangan itu masih terjadi sampai sekarang di beberapa daerah, itu tidak sedikit." 

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid