sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Pro kontra radikalisme di masjid negara

Wakapolri membantah tudingan 41 masjid milik pemerintah terpapar paham radikalisme.

Ayu mumpuni
Ayu mumpuni Selasa, 10 Jul 2018 16:51 WIB
Pro kontra radikalisme di masjid negara

Wakapolri Kombes Pol Syafruddin yang juga merupakan wakil ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) membantah hasil penelitian yang menyebutkan, 41 masjid BUMN terpapar paham radikal. Riset yang dikeluarkan Rumah Kebangsaan dan Dewan Pengawas P3M (Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat), Minggu (8/7) lalu tersebut memang sempat menuai kehebohan.

“Saya membantah kalau ada yang mengatakan, masjid itu (yang berlokasi di BUMN) adalah tempat radikal,” katanya di Rupatama Mabes Polri, Selasa (10/7).

Menurutnya, sebagai tempat peribadatan yang suci, tidak mungkin bisa dijalari paham radikalisme. Ia mengoreksi, dalam konteks radikalisme, yang mungkin terpapar adalah oknumnya, bukan masjid sebagai bentuk fisik.

“Tidak mungkin radikal itu. Kalau toh ada radikal pasti orangnya, pasti bukan masjid. Makanya hati hati, jangan sampai dilaknat oleh Allah menuduh-nuduh masjid radikal,” paparnya lagi.

Bukan dirinya saja yang membantah riset ini. Sekjen DMI di salah satu stasiun televisi swasta juga mengingatkan peneliti untuk berhati-hati dalam melakukan kerja penelitian. Setiap penelitian harusnya menggunakan standar-standar yang telah ditetapkan. Selain itu, imbuhnya, peneliti bertanggung jawab memperjelas konsep dalam sebuah penelitian.

Sebelumnya, P3M dan Rumah Kebangsaan memang menemukan fakta, banyak masjid di lingkungan institusi pemerintah terpapar paham radikalisme. Ini disimpulkan pasca-riset di seratus masjid milik institusi pemerintah, yang terdiri dari masjid BUMN, lembaga, dan kementerian.

Hasilnya, 41 di antaranya diketahui telah terindikasi dan terpapar paham radikalisme.

"Hasil survei menunjukkan bahwa dari 37 masjid BUMN, 21 diantaranya terindikasi radikal dengan persentase (56%). Sementara dari 28 masjid lembaga, delapan di antaranya terindikasi radikal dengan persentase (30%), dan 35 dari masjid yang ada di kementerian, dua belas masjid terindikasi paham radikal dengan persentase (34%)," papar Agus Muhammad, Ketua Tim Peneliti P3M di Gedung PBNU, Kramat Raya, Jakarta Pusat, pekan lalu.

Sponsored

P3M berserta Rumah Kebangsaan mengaku telah mendatangi setiap masjid di lembaga dan kementerian, saat salat Jumat berlangsung. Para peneliti tersebut merekam materi dakwah yang diberikan takmir masjid kala khotbah Jumat

Berdasarkan objek ini, Agus mengatakan, 41 masjid diklasifikasikan dalam tiga kategori paparan radikalisme, yakni rendah, sedang, dan tinggi.

Kategori rendah didefinisikan secara umum cukup moderat, namun memiliki potensi radikal. Selain itu, khatib tidak setuju dengan tindakan intoleran namun memaklumi jika intoleransi terjadi.

Dalam kategori sedang, tingkat radikalismenya cenderung tinggi. Misalnya dalam konteks intoleransi, khatib setuju, tapi tidak sampai memprovokasi jemaah untuk bertindak intoleran. Untuk kategori terakhir sebagai level tertinggi, khatib dalam hal ini bukan saja setuju, tapi ikut memprovokasi jemaah agar melakukan tindakan intoleran.

"Dari 41 masjid yang terindikasi radikal sebanyak 17 (41%) masjid berada dalam ketegori tinggi, kategori sedang 17 (41%), dan 7 masjid (18%) yang masuk kategori rendah," terangnya.

Selain melihat dari khotbah Jumat yang diberikan khatib, para peneliti yang diterjunkan, juga memerhatikan literasi yang ada di dalam masjid seperti, brosur, buletin, serta bahan bacaan lainya.

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid